TEMPO Interaktif, Purwokerto - Perekrutan jaringan Negara Islam Indonesia (NII) ternyata tidak hanya menjangkau perguruan tinggi di kota besar. Di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, jaringan ini juga intensif mengadakan perekrutan.
"Kami pernah menangani sekitar 43 mahasiswa Unsoed yang pernah didoktrin ikut jaringan NII," terang Abdul Rohman, salah satu dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Senin (25/4).
Abdul mengatakan, rekrutmen paling aktif dilakukan pada tahun ajaran 2009-2010. Setelah itu, pola rekrutmen dilakukan lebih rahasia karena banyak orang tua yang mengadukan anaknya ke dirinya dan dosen yang lain.
Ia menambahkan, pola rekrutmen jaringan NII cukup rapi. Mahasiswa yang akan direkrut, biasanya diajak berdiskusi dulu tentang agama. Setelah itu, mereka akan dibawa ke suatu tempat dengan mata tertutup. Di tempat itulah, calon anggota NII akan dimintai sumpah kepatuhan atau baiat.
Mahasiswa yang akan masuk NII biasanya akan dimintai iuran. "Pernah ada mahasiswa yang menjual HP-nya untuk iuran, dan disuruh bilang ke orang tuanya bahwa HP itu hilang," katanya.
Ia mengatakan, dari keterangan mahasiswa yang pernah direkrut, mereka akan dibawa ke daerah Lebak Bulus Jakarta untuk dibaiat. Setelah pulang ke rumah, ia diminta untuk mengajak orang tuanya ikut 'hijrah' ke NII.
Hanan, 26 tahun, salah satu alumni Unsoed yang sempat diajak masuk NII mengatakan, pola rekrutmen dilakukan secara intensif melalui teman dekatnya. "Teman saya setiap hari datang ke kos saya dan mengajak untuk ikut masuk NII," katanya.
Setelah itu, dengan mata tertutup, ia diajak menggunakan mobil ke suatu tempat. "Rumah itu sangat gelap, dan saya langsung didoktrin mengenai NII," katanya.
Trik untuk melepaskan diri dari NII, kata dia, yakni dengan terus membantah doktrin yang disodorkan NII. "Pokoknya saya ngeyel terus kepada anggota NII yang akan mendoktrin saya, setelah itu saya tidak didekati lagi," ungkapnya.
Pola rekrutmen NII yang menjadikan mahasiswa sebagai target utama juga membuat Polres Banyumas melakukan serangkaian langkah antisipasi. "Kami sudah berkoordinasi dengan Unsoed untuk mengantisipasi meluasnya paham NII," terang Kepala Kepolsian Resor Banyumas, Ajun Komisaris Besar Untung Widyatmoko.
Untung mengatakan, mahasiswa menjadi salah satu elemen potensial untuk direkrut. Polisi juga baru saja menangkap mahasiswa yang bertugas melakukan perekrutan. "Mahasiswa juga dipandang mampu secara ekonomi," imbuhnya.
Untung mengakui pihaknya sempat menangkap seorang mahasiswi yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang akan merekrut mahasiswa Unsoed. Sebelum sempat direkrut, kata dia, calon korban melapor ke kepolisian dan berhasil menangkap mahasiswi UMY tersebut.
Untung mengatakan ada tiga orang mahasiswi UMY yang datang ke Purwokerto. Dari tiga mahasiswi tersebut, dua di antaranya berhasil kabur. "Calon korban sempat dimintai laptopnya," kata dia.
ARIS ANDRIANTO