TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi jalan tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk, siap mendukung keinginan pemerintah agar BUMN-BUMN menerbitkan obligasi infrastruktur.
"Tapi harus diperjelas dulu maksud dari obligasi infrastruktur tersebut. Mungkin yang dimaksud obligasi infrastruktur seperti pinjaman surat utang negara. Kalau Jasa Marga sendiri sudah terbitkan obligasi sejak lama, dan semuanya tentu untuk infrastruktur," kata Direktur Utama Jasa Marga Frans Sunito, Selasa (26/4), di Kementerian BUMN.
Namun menurut Frans, penerbitan obligasi oleh Jasa Marga biasanya tidak akan langsung digunakan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur. Untuk pendanaan dalam proses konstruksi, umumnya Jasa Marga mengutamakan pinjaman perbankan dibandingkan penerbitan obligasi. Pinjaman perbankan dinilai lebih fleksibel, karena dapat dipinjam tergantung pada kebutuhan Perseroan.
Sementara, penerbitan obligasi akan dilakukan untuk membayar pinjaman perbankan tersebut. Strategi tersebut ditempuh Jasa Marga, karena biasanya sebuah proyek infrastruktur membutuhkan waktu untuk memperoleh pendapatan yang optimal. "Misalkan ada proyek Rp 2 triliun. Pendanaan kami upayakan salah satunya dari perbankan. Untuk membayarnya, kami akan menerbitkan obligasi," kata Frans.
Dengan penerbitan obligasi, Perseroan akan segera memperoleh dana segar untuk membayar pinjaman perbankan. Di sisi lain, obligasi yang biasanya diterbitkan Jasa Marga bertenor jangka panjang, yaitu hingga 10 tahun. Namun, untuk tahun ini Perseroan belum berencana menerbitkan obligasi, karena masih memiliki 'stand by loan' dari perbankan. "Standby loan kami sekitar Rp 7 triliun, itu sejak dua tahun lalu. Sebagian kecil sudah dicairkan, namun saya lupa persentasenya," lanjut Frans.
Sebelumnya, Menteri BUMN Mustafa Abubakar sempat mengatakan akan menyiapkan sejumlah BUMN untuk menerbitkan obligasi infrasturktur. Penerbitan obligasi tersebut sangat dibutuhkan mengingat tingginya kebutuhan dana segar untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur. Menurutnya, sejumlah BUMN yang dinilai berpeluang, di antaranya Jasa Marga, Angkasa Pura, Pelindo, Adhi Karya, Wijaya Karya, dan lainnya.
EVANA DEWI