“Sudah dua minggu ini, harga kentang terus turun,” terang Alif Rahman, 43 tahun, petani kentang dari Desa Banjar Kulon Kecamatan Batur, Dieng, Banjarnegara, Jumat, 29 April 2011.
Alif mengatakan kentang Granolla yang banyak ditanam di Dieng kini harganya turun drastis. Saat ini, harga kentang hanya Rp 5.400 per kilogram. Sebelumnya, kentang yang banyak digunakan di restoran cepat saji itu, harganya bisa mencapai Rp 7 ribu perkilogram.
Sementara, kentang dengan kualitas medium, harganya juga mengalami penurunan dari Rp 5 ribu menjadi Rp 4.500 per kilogram. “Rata-rata per kilogram turun hingga Rp 500 dalam dua minggu ini,” imbuhnya.
Alif mengatakan jatuhnya harga kentang disebabkan makin banyaknya kentang impor dari Cina dan Vietnam. Selain itu, petani kentang dari daerah lain juga sudah mulai melakukan panen.
Ia menambahkan biasanya satu hektare lahan kentang mampu menghasilkan 30 ton. Namun, saat ini, produksi kentang tiap hektarnya turun hingga setengahnya atau 15 ton per hektarnya.
Selain impor, penurunan harga kentang juga disebabkan oleh serangan bakteri phitoptera investan. Bakteri ini membuat batang menjadi layu dan daun kentang menjadi kering.
Serangan bakteri tersebut membuat petani menambah dosis pupuk kimianya. Padahal, pupuk kimia di dataran Dieng sudah sangat tinggi kadarnya.
Petani kentang lainnya, Winardi, 55 tahun, mengatakan penurunan harga kentang sudah dimulai sejak sebulan lalu. “Tapi, baru dua minggu ini yang mengalami penurunan drastis,” katanya.
Ia mengatakan anjloknya harga kentang disebabkan petani kentang dari daerah lain sudah mulai panen raya. Ia menyebutkan petani dari Bromo dan Pemalang sudah mulai panen kentang saat ini.
Menurutnya, harga yang anjlok tentu memengaruhi pendapatan petani. "Jelas pendapatan menjadi turun. Pendapatan mengalami penurunan sampai Rp1.600 per kg. Jadi, kalau dapatnya 1 ton maka pendapatan berkurang hingga 1,6 juta," ujarnya.
Selain itu, hasil panenan juga merosot tajam akibat serangan penyakit layu batang sehingga membuat produksi anjlok. "Kalau biasanya dari lahan garapan 400 meter persegi bisa mendapatkan 1,5 ton, kini hanya memeroleh 4 kuintal. Itu saja banyak yang membusuk," jelas Winardi.
ARIS ANDRIANTO