TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, menyebutkan penghapusan Premium akan berdampak signifikan terhadap laju inflasi. Jika benar-benar dihapus ia memprediksi akan ada lonjakan inflasi hingga 1,75 persen. “Itu dahsyat,” kata Rusman di kantornya, Senin, 2 Mei 2011.
Sebelum menghapus Premium, Menteri Keuangan Agus Martowardojo pekan lalu menyebutkan bahwa pemerintah terlebih dahulu akan mengurangi subsidi terhadap Premium. Rusman menilai kebijakan ini akan sangat memengaruhi inflasi. Menurut dia, konsumsi bahan bakar minyak memiliki bobot inflasi hingga 3 persen. Untuk setiap kenaikan harga BBM Rp 500 akan menyumbang inflasi 0,25 persen hingga 0,3 persen.
Jika subsidi BBM benar-benar dicabut dan harga disesuaikan dengan pasar, dia menaksir harga Premium akan mencapai Rp 8.000. Dengan kenaikan Rp 3.500 dari harga sekarang, dia mencatat akan ada kenaikan inflasi hingga tujuh kali lipat jika hanya naik Rp 500.
BPS mencatat kenaikan inflasi akibat penghapusan subsidi Premium akan berdampak pada kenaikan harga barang. "Dampaknya beda-beda dan ada multiplayer efeknya," ujar Rusman.
Selain penghapusan subsidi, hal lain yang perlu diperhatikan, menurut dia, adalah pergeseran konsumen Pertamax ke Premium. Hingga akhir April, BPS mencatat terjadi peregeseran pengguna Pertamax ke Premium hingga 3 persen.
Menurut dia, angka 3 persen belumlah angka final. Bahkan, angkanya bisa lebih dari itu. Pasalnya, BPS baru mencatat sebagian kecil pengguna Pertamax yang beralih ke Premium. “Bahkan, ada konsumen yang seharusnya menggunakan Pertamax, tetapi masih menggunakan premium,“ katanya. Konsumen yang pindah dari pengguna Premium ke Pertamax tak cukup 5 persen.
IRA GUSLINA