TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance Indonesia (INDEF) Ahmad Erani Yustika menyebutkan pemerintah harus menjaga kewaspadaan terhadap keadaan eknomi. Meski April deflasi, pada Juni dan Juli diperkirakan inflasi bakal meningkat tajam.
Badan Pusat Statistik mencatat selama April angka inflasi minus hingga 0,31 persen. Meski begitu, Ahmad Erani menyebut pemerintah harus terus berhati-hati. Pemerintah baru bisa disebut sukses jika bisa menekan inflasi pada Juni dan Juli. “Biasanya di bulan itu puncak kenaikan harga,” katanya kepada Tempo, Selasa 3 Mei 2011, di Jakarta.
Selain itu penurunan laju inflasi yang terjadi dua bulan terakhir lebih didorong oleh peningkatan produksi pangan. Menurut Ahmad, pada Maret-Mei selalu ada kecenderungan inflasi aman. Harga barang konsumsi turun karena ada musim panen. “Itu berlangsung secara alamiah, bukan buah pemikiran pemerintah,” ujarnya.
Pada inflasi April bahan makanan menyumbang deflasi terbesar dengan inflasi minus 0,48 persen. Berakhirnya musim panen pada Juni mendatang, menurut Ahmad, perlu menjadi catatan. Pemerintah harus mampu mengatur distribusi bahan makanan dan mengatur lonjakan harga.
Selain itu Ahmad juga menyebutkan penurunan laju inflasi merupakan peluang besar bagi pemerintah untuk menurunkan BI rate diikuti penurunan suku bunga oleh bank.
Hanya saja, dia menyayangkan meski inflasi mampu ditekan, di sisi lain nilai ekspor cenderung menurun. BPS mencatat neraca perdagangan Maret mengalami pengurangan US$ 2 miliar dibanding Februari. “Ini sesuatu yang harus menjadi pekerjaan besar pemerintah,” katanya.
IRA GUSLINA