TEMPO Interaktif, Jakarta - Produsen susu, PT Frisian Flag Indonesia, masih meredam agar harga produknya tidak naik di tingkat konsumen. "Kami bernegosiasi dengan peternak untuk menentukan harga yang reasonable," kata Corporate Communication Manager PT Frisian Flag Indonesia, Anton Susanto, kepada Tempo, Selasa 3 Mei 2011.
Sebab, awal tahun ini Frisian Flag sudah menaikkan harga 3 persen. Kenaikan harga itu merupakan penyesuaian dari inflasi dan kenaikan harga bahan baku lainnya. Kalau harga susu di pasaran naik, maka konsumen akan beralih ke merek lain. "Perilaku konsumen Indonesia lebih memilih produk yang lebih murah," ujar Anton.
Dampak negatif kenaikan susu juga akan menimpa peternak. Sebab, kalau konsumsi susu berkurang permintaan ke peternak juga menurun. Pernyataan itu karena ada permintaan kenaikan harga susu segar di tingkat peternak. Produsen menginginkan harga pembelian susu industri naik Rp 100 per liter.
Belakangan sejumlah produsen merasa kenaikan Rp 100 itu terlalu rendah. Sehingga mereka ingin kenaikan harga lebih tinggi lagi menjadi Rp 500 per liter. Namun, kenaikan harga sebesar itu akan mempengaruhi biaya produksi. Sebab, penggunaan susu segar lokal di Frisian Flag mencapai 25 persen.
Bahan baku lainnya dipasok dari impor. Anton tidak menyebutkan berapa besaran harga pembelian susu di peternak yang ideal. Dia juga enggan mengatakan jumlah besaran kenaikan di konsumen jika harga susu dari peternak Rp 500 per liter. Saat ini rencana tersebut dalam tahap perundingan.
Sebelumnya, Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana menyatakan salah satu perusahaan yang bakal menaikkan harga produk adalah Frisian Flag. Biasanya kenaikan tersebut akan diikuti oleh perusahaan lain, seperti PT Indomilk, PT Sari Husada, PT Ultra Jaya, dan PT Nestle.
Kenaikan harga susu segar dari peternak sudah dirasakan oleh salah satu produsen susu olahan, PT Milko Beverage Industry. Pemain baru di industri pengolah susu ini membeli susu segar dari dalam negeri sebesar Rp 3.800 per liter dan susu bubuk impor seharga Rp 3.400 per liter.
Komposisi susu lokal dalam produk hanya 30 persen. Kenaikan harga bahan baku tak memicu kenaikan harga produk kepada konsumen akhir. Meski biaya produksi naik, perusahaan memilih mengurangi margin agar konsumen tak meninggalkan produk Milko. "Apalagi susu kemasan seperti Milko bukan kebutuhan primer," kata pegawai di perusahaan ini.
EKA UTAMI APRILIA