TEMPO Interaktif, Bandung - Pencemaran di Sungai Citarum kian memprihatinkan. Aktivis lingkungan dari Greenpeace Indonesia meminta pemerintah menindak pabrik-pabrik yang berada di sepanjang bantaran Sungai Citarum, khususnya di Bandung, untuk berhenti membuang limbah ke sungai itu.
“Sudah menjadi rahasia umum jika pabrik-pabrik yang berada di sepanjang bantaran Sungai Citarum menggelontorkan limbahnya ke sungai. Ini harus dihentikan dan pemerintah harus menindak tegas,” kata juru kampanye air Greenpeace Asia Tenggara, Ahmad Ahov Birry, kepada Tempo, di lokasi kampanye perlindungan Sungai Citarum, di Kampung Parunghalang, Kelurahan Andir, Kabupaten Bandung, Selasa, 3 Mei 2011.
Greenpeace, kata Ahmad, sudah melakukan polling bersama LP3S yang hasilnya menyatakan 81 persen masyarakat di sekitar sungai sepakat bahwa industri harus berhenti mencemari sumber air bersih paling penting di Jawa Barat ini.
Melihat hal tersebut, Grennpeace, kata Ahmad, akan melakukan kampanye penyelamatan Citarum bertajuk “Citarum Nadiku, Mari Rebut Kembali” dengan mengajak Perhimpunan Kelompok Kerja (PKK) DAS yang diantaranya adalah warga sekitar.
“Kami juga akan melakukan pendokumentasian titik-titik pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri-industri. Kami yakin cita-cita Citarum bersih bisa terwujud jika aturan ditegakkan dan masyarakat dilibatkan” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Edi Yusuf, warga kampung Cigosol, RT 6/9, yang juga ikut dalam kegiatan kampanye tersebut, membenarkan jika pabrik-pabrik industri kerap membuang limbah ke sungai.
“Ya memang benar, pabrik itu membuang limbahnya ke sunga. Itu bisa dilihat jika Magrib, air akan terasa hangat, bau dan keruh,” katanya.
ANGGA SUKMA WIJAYA