Selain itu, desakan lumpur juga mempengaruhi kekuatan tanggul tersebut. Lantaran, setiap hari volume lumpur terus bertambah memenuhi kolam penampungan. Akibatnya, tanggul rawan longsor. Meski, setiap saat petugas BPLS memantau kawasan tanggul dan memeriksa kekuatannya.
Ancaman tanggul jebol terjadi tak hanya di sisi utara dan timur yang belum terpasang beronjong. Namun, sisi barat yang telah diperkuat dengan beronjong juga rawan ambruk.
Selama lima bulan terakhir terjadi empat kali tanggul jebol. Desember 2010 lalu, tanggul lumpur di desa Glagaharum titik 79-80 jebol menyebabkan sawah dan pemukiman warga Desa Gempolsari terendam air disertai lumpur.
Pada Februari, beronjong di titik 21 dan 22 kolam lumpur Desa Siring jebol secara beruntun hingga mengganggu perjalanan kereta. Akhir April 2011, tanggul di titik 68 ambrol mengancam pemukiman warga Kedungbendo.
Hingga kini, titik 68 belum diperbaiki karena lumpur mengeras dan tak bisa dibangun tanggul kembali.
Baca Juga:
Menurut Khusairi, kondisi tanggul mengancam keselamatan para pekerja. Solusinya, katanya, perlu kolam baru penampung lumpur di bagian utara tanggul. Kolam baru dibutuhkan lantaran kolam utama telah melebihi kapasitas.
Warga Gempolsari Kecamatan Tanggulangin yang berada tak jauh dari tanggul yang jebol mengaku khawatir. Sebab, lokasi pemukiman warga hanya dipisahkan sawah sepanjang 200 meter. Mereka juga trauma akibat ambrolnya tanggul titik 79 Glagaharum yang menggenangi rumah warga. "Rumah terendam air, kami mengungsi," kata Nurul Khasanah warga Gempolsari.
EKO WIDIANTO