TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Seksi Geologi pada Dinas Energi Sumber Daya Mineral Banjarnegara, Idrus Amanulloh mengatakan, kejadian tanah longsor dan tanah bergerak di Banjarnegara terus meningkat dari tahun ke tahun. “Peningkatan frekuensi ini disebabkan tata guna lahan yang tidak tepat,” kata Idrus saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 Mei, 2011.
Menurut dia, banyak lahan yang semestinya dipergunakan untuk resapan air dijadikan rumah atau lahan pertanian. Selain itu, tingginya curah hujan juga menjadi pemicu banyaknya longsor dan tanah bergerak. “Banyak bukit yang dibuka untuk lahan pertanian tanpa memperhatikan drainase,” imbuhnya.
Karena itu, dia engusulkan kepada pemerintah pusat agar membuat peta bencana dalam skala kecil. Pasalnya, peta bencana yang saat ini ada dibuat dengan skala cukup besar yakni 1:50.000 sehingga belum tergambar secara detail daerah yang rawan bencana. “Gunanya untuk melihat tiap desa sistem drainasenya seperti apa,” kata dia.
Seperti diwartakan sebelumnya, sebanyak 72 warga Desa Asinan Kecamatan Kalibening Banjarnegara terpaksa mengungsi karena rumah yang mereka tempati rusak akibat tanah bergerak. Tanah bergerak tersebut juga mengancam 14 rumah lainnya yang berjarak 20 meter dari lokasi kejadian.
“Hingga saat ini tercatat dua rumah rusak dan satu masjid rusak berat, dan 14 rumah terancam,” terang Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banjarnegara, Andri Susilo, Selasa , 3 Mei 2011. Menurut Andri , tanah bergerak mulai terjadi pukul 02.00 dinihari, Selasa, 2 Mei 2001. . Peristiwa itu terjadi setelah kawasan itu diguyur hujan lebat.
Baca Juga:
BPBD Banjarnegara mengungsikan 72 warga karena kawasan itu dinyatakan tak aman. Warga mengungsi ke rumah saudara mereka yang tak jauh dari tempat mereka.Siang harinya, ketika cuaca cerah, warga kembali ke rumah mereka.
Sementara itu, Camat Kalibening mengatakan, di sekitar lokasi bencana memang banyak mengalami retakan-retakan. Lebar rekahan, antara 10-20 centimeter dan memanjang di beberapa lokasi. Luas lahan yang mengalami rekahan, diperkirakan mencapai area seluas 2-3 hektare. ''Kawasan itu memang termasuk kawasan rawan longsor, karena kondisi wilayahnya berbukit-bukit,” ujarnya.
ARIS ANDRIANTO