TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Anggoro meyakini pada 2011 Indonesia akan tetap bisa surplus beras. Surplus beras tersebut terutama merupakan hasil genjotan untuk produksi pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
"Cuma berapanya itu belum bisa diungkapkan terlebih dulu," kata Udhoro, Rabu (4/5).
Pada angka ramalan pertama, Kementerian Pertanian memperkirakan akan terdapat peningkatan produksi 1,35 persen tahun ini atau surplus 4-5 juta ton beras.
Kementerian Pertanian sendiri menghendaki surplus yang didapat bisa lebih dari angka tersebut, mengingat konsumsi beras masyarakat Indonesia dalam sebulan dapat mencapai 2,7 juta ton.
Peningkatan produksi akan dilakukan di musim tanam gaduh pada April-Juni dan Juli-September mendatang agar bisa berkontribusi untuk produksi beras nasional sepanjang 2011.
Keyakinan pemerintah sejalan dengan perkiraan Food and Agriculture Organization (FAO). FAO meramalkan produksi beras dunia akan naik menjadi 480 juta ton sepanjang 2011, atau naik sekitar 3 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut di antaranya didukung oleh faktor cuaca yang sangat menunjang.
Dalam laporannya FAO juga menyebutkan dampak La Nina akan berakhir dalam beberapa bulan mendatang, sehingga produksi beras secara global tidak akan mengalami gangguan. Apalagi pemerintah selama ini juga terus menjaga stok beras untuk mencegah inflasi makanan dan persediaan jangka panjang.
"Sebagian besar kenaikan produksi akan ditopang oleh negara-negara Asia," kata FAO dalam siaran persnya kemarin.
FAO memaparkan peningkatan produksi di Asia terutama didorong oleh meningkatnya produksi secara besar-besaran dari Cina, India, dan Pakistan. Peningkatan produksi di Asia juga melebar ke negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Filipina. Sementara itu, berbanding terbalik dengan negara Asia, produksi beras di negara Afrika dan Amerika Utara malah diperkirakan akan menurun.
l REUTERS | BLOOMBERG VIA GOOGLENEWS | GUSTIDHA BUDIARTIE