Meski Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai 6,2 persen, angka ini dinilai belum cukup. “Angka pertumbuhan ini belum berpengaruh krusial,” katanya ketika dihubungi hari ini.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor nontradable. Perkembangan ekonomi yang terjadi masih pada sektor tertentu yang tidak berpengaruh pada masyarakat banyak seperti sektor jasa.
“Ini tidak terlalu berdampak pada penyerapan tenaga kerja,” ujarnya. Padahal, kata dia, pertumbuhan ekonomi akan berarti positif jika berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Misalnya, melalui penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi.
Selain itu, dia melihat pertumbuhan ekonomi masih berjalan sangat lambat. Meski tumbuh, namun dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih jauh tertinggal. “Pemerintah masih kesulitan mencapai pertumbuhan 7 persen,” ujarnya
Dalam pandangan Fadhil, penyebab utama lambatnya pertumbuhan ekonomi karena keterlambatan pembangunan infrastruktur. Padahal, infrastruktur merupakan penghubung utama setiap sektor ekonomi.
Infrastruktur yang belum memadai dinilai menyebabkan lambatnya arus barang dan jasa. Hal ini juga yang mendorong ancaman inflasi terus membayangi perekonomian nasional.
Untuk bisa memacu pertumbuhan ekonomi Fadhil menyebutkan pemerintah harus memperbaiki pengelolaan infratsruktur. Apalagi infrastruktur yang menunjang sektor tradable seperti industri, pertanian, dan perdagangan. “Pemerintah harus lebih cepat dalam membangun,” katanya.
IRA GUSLINA