Para pemuda tersebut berkumpul usai salat Jumat di Masjid Baitussalam yang berada di kawasan Tipes. Mereka melakukan long march ke Bundaran Gladak yang berjarak sekitar tiga kilometer. Meski tidak sampai menyebabkan macet, aktifitas itu membuat Jalan Slamet Riyadi menjadi tersendat.
Di antara ratusan orang itu, sekitar seratus pemuda di antaranya memakai penutup wajah. Mereka merupakan pemuda yang siap melakukan bai’at mati untuk menuntut balas kematian Usamah bin Ladin.
Sebelum melakukan baiat, beberapa pemuda melakukan orasi. “Usamah telah berjuang melawan penjajahan di Afghanistan,” kata Eddy Lukito, salah satu orator dari Laskar Umat Islam Surakarta.
Orator yang lain, Choirul Rus Supardjo mengatakan, jika Indonesia telah termakan isu terorisme yang dihembuskan oleh Amerika. “Mereka menangkap para ulama dan kyai,” kata perwakilan dari Front Pembela Islam (FPI) Surakarta itu.
Aksi tersebut diakhiri dengan pembaiatan seratus pemuda yang siap mati untuk menuntut balas kematian Usamah. Baik para pemuda maupun yang membaiat, semuanya menggunakan penutup wajah.
Pembacaan sumpah menggunakan tiga bahasa sekaligus, yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. “Kami seratus pemuda Solo berbai’at kepada Allah, siap mati untuk menuntut balas atas kematian Osama Bin Ladin, kapan pun,” demikian bunyi sumpah tersebut.
Menurut juru bicara Al Kaida Solo, Endro Sudarsono, sejauh ini mereka baru menganggap kematian Osama sebagai rumor. Menurutnya, Amerika hingga saat ini enggan menunjukkan bukti-bukti bahwa mereka Usamah sudah tewas. “Meski masih rumor, kami tetap menanggapi dengan tegas,” kata Endro.
Menurutnya, Al Kaida merupakan gabungan dari beberapa organisasi kelaskaran yang ada di Surakarta. Hanya saja, dirinya enggan untuk menyebutkan nama dan jumlah laskar yang bergabung.
Endro juga belum menjelaskan langkah yang akan diambil untuk membalas kematian pimpinan Al Qaeda tersebut. “Bai’at ini baru merupakan pengikat bahwa kami siap untuk membalas kematian Usamah,” kata Endro.
AHMAD RAFIQ