Belasan pesawat ini rencananya digunakan untuk melayani rute-rute di wilayah Indonesia timur, yang notabene jarang dilirik maskapai pada umumnya. Merpati sebetulnya mulai menjajaki pencarian pesawat komuter propeller sejak 2002.
Pesawat ini untuk mengganti F-27 dan CN-235 yang sudah tua. Semula perusahaan penerbangan pelat merah ini menjajaki kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia untuk meneruskan proyek N-250. Namun, karena krisis, rencana dibatalkan.
Untuk membeli pesawat Xian itu, Merpati mendapat pinjaman dari Bank Exim Cina dengan bunga rendah, 2,5 persen per tahun dan waktu pengembalian 15 tahun. Skema pembelian berdasarkan government to government (G to G).
Namun, belakangan pembayaran pesawat tidak kunjung dilakukan mengingat banyak pertanyaan atas kontrak pembelian, di antaranya harga pesawat yang dianggap terlalu mahal, kebutuhan Merpati yang hanya delapan unit, serta skema pembelian yang tak tepat.
Saat itu Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar sistem pembelian diubah menjadi sewa (leasing). Kementerian Keuangan juga belum menyetujui subsidiary loan agreement pembelian pesawat.
Menggantungnya sistem pembelian membuat dua dari 15 pesawat yang tiba di Jakarta pada 6 September 2006 itu tidak dilanjutkan dengan pengambilan 13 pesawat lainnya oleh Merpati. Padahal, kedua pesawat tersebut sudah menjalani tes terbang, dicat logo Merpati, dan terparkir lama.
Buntut tidak kunjung rampungnya pembelian pesawat berdampak pada tuntutan ganti rugi Xi'an Aircraft Industry terhadap Merpati senilai Rp 1 triliun. Pemerintah Cina pun memakai kasus kontrak pembelian pesawat ini agar tidak mendanai proyek pembangkit listrik 10 ribu megawatt tahap pertama. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro saat itu juga menyebut kemungkinan Pemerintah Cina membawa masalah Merpati ke arbitrase.
Saat ini Merpati memiliki 13 pesawat MA-60 yang diproduksi pada 2010. Selain itu, tercatat Cina, Myanmar, Zambia, Tajikistan, Laos, dan Filipina menggunakan pesawat tersebut. Ternyata, kontroversi Xian masih berlanjut hingga pesawat MA-60 ini jatuh di perairan Kaimana, Papua Barat, kemarin.
RR ARIYANI | DARI BERBAGAI SUMBER