TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Hubungan Masyarakat PT Merpati Nusantara Airlines, Sukandi, mengatakan pesawat jenis MA-60 milik Merpati yang jatuh di Kaimana, Papua, Sabtu 7 Mei 2011 kemarin, bukan murni buatan perusahaan Cina XIAN Aircraft. Perusahaan itu sekadar merancang dan membangun pesawat tersebut.
"Pesawat ini bukan berarti 100 persen buatan Cina karena bagian-bagian dari pesawat diproduksi dari berbagai negara," kata Sukandi saat ditemui Tempo di kantornya, Minggu 8 Mei 2011. "XIAN Aircraft hanya merancang bangun pesawat."
Menurut Sukandi, pesawat jenis MA-60 ini bermesin General Electric buatan Amerika Serikat, sedangkan propeler atau baling-baling pesawatnya diproduksi Pratt Whitney. Sedangkan sistem avionasi-nya berasal dari Boeing.
Kode MA, kata Sukandi, merupakan kependekan dari Modern Ark atau dalam bahasa Indonesia berarti bahtera modern. Sedangkan angka 60 menunjukkan kapasitas pesawat ini 60 penumpang. Namun, Merpati memodifikasi jumlah tempat duduknya menjadi 54 tempat duduk dengan tujuan kenyamanan dan keselamatan penumpang. "Pengurangan jumlah tempat duduk menjadi 54 bertujuan agar jarak kaki penumpang dengan tempat duduk di depannya lebih longgar," katanya.
Bodi pesawat MA-60 ini, kata Sukandi, juga dibuat dengan spesifikasi bodi pesawat tempur. Karena itu, ia menilai pesawat jenis ini memiliki nilai uji lebih dibanding pesawat lain sejenis.
Pesawat jenis MA-60 milik Merpati Nusantara Airlines hancur berkeping-keping setelah terjatuh ke laut dangkal, di Kaimana. Otoritas penerbangan menduga cuaca buruk menjadi penyebab jatuhnya pesawat buatan Cina tersebut.
Hingga tadi malam, petugas penyelamat baru menemukan 17 mayat penumpang dan kru pesawat. Aparat masih mencari 12 penumpang dan kru lain yang diduga tewas dan terseret ombak ke laut lepas. Jika dalam waktu 3 x 24 jam tak ditemukan, "Mereka akan dinyatakan tewas," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Harry Bekti S. Gumay, Sabtu 7 Mei 2011.
INDRA WIJAYA