Demikian dikatakan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso ketika dihubungi Tempo di Jakarta, Senin, 9 Mei 2011. "Indonesia belum bisa surplus beras dengan banyak, cadangan beras ini akan menguntungkan buat Indonesia," katanya.
Indonesia, menurut Sutarto, dapat menyiapkan tambahan beras untuk program ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) yang dipenuhi dari hasil beras produksi dalam negeri, bukan mendatangkan beras yang impor.
APTERR merupakan kesepakatan ASEAN dengan tiga mitranya untuk cadangan beras pada saat bencana. Total cadangan yang disiapkan 878 ribu ton. Komitmen sumbangan dari Cina sebesar 300 ribu ton, Jepang 250 ribu ton, dan Korea Selatan 150 ribu ton.
ASEAN juga sepakat menyumbangkan beras 100 ribu ton. Awalnya, Indonesia berkomitmen memberi 12 ribu ton. Tapi, untuk mendukung ide ketahanan pangan dalam konteks mengantisipasi fluktuasi harga, Indonesia siap menambah cadangan menjadi 25 ribu ton.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana, mengatakan sumbangan 12 ribu ton beras itu akan diambil dari stok beras nasional yang mencapai 500 ribu ton. "Namun, bila tidak terjadi krisis, stok beras tetap tersimpan," ujarnya.
Atau jika cadangan hanya terpakai 10 ribu ton untuk krisis pangan pada 2012, misalnya, maka Indonesia hanya menambah 10 ribu ton beras pada tahun berikutnya. "Intinya harus terjaga 12 ribu ton tiap tahun," kata Achmad, Sabtu pekan lalu.
Sumbangan beras, menurut Achmad, diberikan dalam tiga bentuk yaitu hibah, pinjaman lunak jangka panjang (30 tahun) yang bunganya sekitar 1 persen tiap tahun, dan komersial. Hal itu tergantung pada kemampuan negara yang mengalami krisis.
"Bila krisis pangan terjadi di Laos yang notabene tidak memiliki uang, maka sumbangan beras itu dalam bentuk hibah. Sementara, bila Brunei Darusalam yang notabene negara kaya, terjadi krisis pangan, maka sumbangan beras itu dalam bentuk komersil," tutur Achmad.
Nota kesepakatan tersebut akan berakhir ketika satu negara menarik diri atau bubar. Setiap tahun, evaluasi akan dilakukan untuk membahas kondisi pangan di masing-masing negara. Rencananya pembahasan cadangan beras bersama akan digelar pada Oktober mendatang.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengapresiasi rencana cadangan beras tersebut. Namun, dia berharap realisasinya tak berujung pada wacana. Ini berkaca dari rencana cadangan pupuk yang juga pernah dicetuskan oleh negara-negara ASEAN.
"Dulu ASEAN pernah berkomitmen membangun pabrik pupuk bersama yang hasil produksinya akan diekspor ke negara-negara ASEAN. Tapi, ternyata tidak berjalan dan akhirnya pabrik itu tutup sekitar tiga tahun lalu," kata Winarno.
ROSALINA