TEMPO Interaktif, Jakarta -Busana pesta dan acara resmi bagi kaum Adam sepertinya selalu baku sepanjang waktu. Setelan tuksedo atau jas bercelana pantalon. Sebagai aksen: dasi, rompi, atau ujung sapu tangan yang menyembul dari saku di dada kiri jas.
Meski tak seberagam variasi gaun malam wanita, bagi label glamor dunia seperti Gucci, mendandani pria dalam pesta tetap menjadi prioritas utama seperti halnya busana wanita. "Pria adalah makhluk utama. Kami menyajikan koleksi untuk kaum Adam yang diilhami sikap dasar manusia, yakni kesombongan," kata Frida Giannini, Direktur Kreatif Gucci, pada peragaan busana di Paris beberapa waktu lalu.
Giannini meyakini pria sebagai simbol elegan yang dipenuhi perasaan bangga. Karena itu, setiap busana yang disajikan label ini mengisyaratkan aura pria sejati. "Dalam hal tertentu, pria pun memiliki keinginan untuk tampil memukau, terlihat superior, dan dominan," ujarnya.
Dengan filosofi yang diusung Gucci, tak mengherankan bila koleksi setelan tuksedo dan jasnya selalu menjadi incaran para selebritas dunia. Seperti penyanyi remaja Justin Bieber yang kepergok berpose di karpet merah acara Grammy Award beberapa waktu lalu mengenakan setelan tuksedo serba putih. Penampilan Bieber terlihat dewasa dan elegan. "Aku suka koleksi ini. White Knight yang membuatku tampak dewasa, terkesan seperti pria sejati," kata Bieber.
Tak hanya Gucci, perancang Roberto Cavalli pun memiliki semangat kecenderungan yang kuat dan menakjubkan untuk koleksi busana resmi berupa setelan tuksedo dan jas. Pada koleksi untuk musim gugur dan dingin tahun ini, demi memanjakan gaya busana kaum Adam, Cavalli menampilkan pantalon berbahan wol yang lembut seperti sutra.
Dalam peragaan tersebut, para pria sangat dimanjakan dengan koleksi yang sangat "laki". Selain gaya resmi itu, rumah mode asal Italia ini menyajikan jaket double breasted, alpaka sweater, dan jaket ringan. "Koleksi ini merupakan rangkaian cerita yang menandai karakter kuat para lelaki yang terbiasa dengan situasi tegang dan kontemporer," ujarnya.
Sementara itu, di Indonesia, tidak bisa dimungkiri gaya busana pria identik dengan gaya tailor atau penjahit. Di beberapa pameran pernikahan yang marak belakangan ini, gaya busana pria menjadi bagian terpenting. Seperti Wong Hang Distinguished Tailor, yang selalu menyajikan gaya inspiratif pada setiap rancangannya.
"Kami selalu memadukan unsur modern atau terbaru dengan pakem jahitan khas yang sudah turun-temurun dikelola oleh ayah dan kakek kami, yang memang terkenal sebagai pembuat jas pada zamannya," ujar Samuel Wong saat ditemui di acara pameran pernikahan yang diselenggarakan sebuah majalah gaya hidup waralaba di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dua bersaudara Samuel dan Stephen Wong tercatat sebagai generasi ketiga dari label yang sudah ada sejak 1933 itu. "Ada benang merah yang ingin kami sajikan dalam setiap rancangan kami, bahwa pria pun ingin menjadi pusat perhatian melalui busananya," ujar Samuel.
Samuel dan Stephen mengakui, rancangannya selalu mengacu gaya busana pria masa kini berupa setelan tuksedo atau jas trendi dengan bandana katun atau sutra yang dipakai sebagai pengganti dasi. "Ini untuk memberikan kesan dominan yang dipermanis aksen mata dasi berkilau bila tertimpa cahaya," kata Samuel.
Samuel menyebutkan, berbagai setelan tuksedo dan jas gaya tailor ini antara lain peak lapel dinner jacket, yaitu gaya setelan jas yang pernah dikenakan Pangeran Edward saat menghadiri jamuan makan malam beberapa waktu lalu. Gaya ini menerapkan pemakaian rompi bermotif garis yang disesuaikan dengan bahan celana yang dipakai.
Gaya lainnya, shawl collar tuxedo, terkesan elegan berupa jas yang menekankan garis lingkar kerah sempurna. "Pria memang tidak suka hal detail, tapi keistimewaan gaya ini kerahnya dibuat lebih lancip pada bagian bawah dan pemakaiannya dikombinasikan dengan rompi atau cummerbund."
Semua berpulang pada karakter si pemakai. Namun kesamaan semuanya ini, menurut Samuel, adalah, "Kesan sempurna dan sejati, terutama di pesta atau hari pernikahan sebagai momen khusus." l HADRIANI P | Berbagai Sumber