Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wayang Terakhir Sang Cermo Manggolo  

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Partokromo adalah sebuah janji dua raja besar. Prabu Pandudewanata dari Hastinapura dan Prabu Basudewa dari Mandura. Mereka sepakat besanan, mengawinkan anak mereka, Arjuna dan Sembadra. Janji adalah hutang yang harus tetap dibayar. Meski kedua raja diceritakan akhirnya meninggal sebelum menetapi janji, rencana perjodohan itu tetap dilaksanakan. “Dengan berbagai konflik, keduanya akhirnya menikah,” kata Margiyono, 60 tahun, seorang dalang asal Sewon, Bantul, kepada Tempo Selasa siang tadi.


Lakon wayang yang biasa dikenal masyarakat Jawa dengan kisah Arjuna kawin itulah yang terakhir kalinya dibawakan Ki Timbul Hadiprayitno, dalang senior asal Patalan, Jetis, Bantul. Sang Cermo Manggolo, demikian gelar yang disandang Ki Timbul, membawakan dalam sebuah pementasan di Desa Karanggayam, Bantul, penghujung April lalu.


Usai pementasan terakhirnya itu, kesehatan Ki Timbul menurun. Rabu malam dua pekan lalu, dia dilarikan ke Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Penyakit paru-paru dan bronkitis yang dideritanya tak lagi bisa kompromi. Tiga hari dirawat, Ki Timbul minta pulang ke rumah. “Rawat jalan saja,” kata Kasidi Hadiprayitno, putera keduanya menceritakan.


Seolah sadar ajalnya sudah dekat, dia mengajukan sebuah permintaan pada Kasidi. Seperti lakon terakhirnya, Arjuna Kawin, dia meminta rencana perkawinan cucunya, Niken Warsiki (puteri Kasidi) dan calon suaminya, Wahyu Nur Pratama, dipercepat. Padahal pernikahan keduanya semula direncanakan berlangsung tahun depan. “Kalau tidak, bisa menyesal seumur hidup,” kata Kasidi, yang menjabat guru besar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menirukan ucapan bapaknya saat itu.


Tak ingin menyesal, pernikahan pun digelar, Jumat (6 Mei 2011) pekan kemarin. Lepas resepsi pernikahan sehari sesudah akad nikah, Sabtu (7 Mei 2011), pagelaran ketoprak klasik pun berlangsung meriah. “ (pementasan ketoprak) Itu juga permintaan bapak,” kata Gesang Sudrasono, anak Ki Timbul yang lain.


Pesta besar sudah berlangsung. Permintaan sudah terpenuhi. Senin malam kemarin, kesehatan Ki Timbul justru kian memburuk dan bertambah kristis. Sejak pukul 20.00 WIB, menurut Gesang, bapaknya tak lagi bisa bercakap-cakap. “Bapak hanya menunjuk-nunjuk.”


Dan, sekitar lima jam kemudian, Ki Timbul Hadiprayitno, dalang tiga jaman itu berpulang, tepat pukul 01.15 WIB, Selasa dini hari tadi. Dia meninggalkan dua orang istri dan delapan anak kandung. Selasa siang hampir sore, jenazahnya dimakamkan di tempat pemakaman umum di desa Panjang Jiwo, Bantul, di samping makam istri ketiganya yang telah berpulang pada Desember 2004 lalu. Selamat jalan Ki Timbul.


ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.