TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyebutkan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia belum sesuai harapan. Meski pada triwulan pertama Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tumbuh 6,5 persen, angka ini belum bisa menunjukkan bahwa keadaan ekonomi membaik.
“Pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan menyerap lapangan kerja,” ujar Faisal, Kamis, 12 Mei 2011.
Sektor yang pertumbuhannya pesat menurut Faisal bukanlah sektor yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, misalnya sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 13,8 persen. Sektor perdagangan hotel dan restoran tumbuh 7,9 persen, sedangkan untuk sektor yang berbasis sumber daya alam dan daya serap tenaga kerja besar pertumbuhannya belum signifikan. “Padahal kan pertumbuhan bisa jauh lebih pesat kalau sektor yang berkembang itu berpengaruh luas pada masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, dia mengkritisi masih rendahnya belanja pemerintah. Padahal, jika dibanding belanja pemerintah tahun lalu yang minus, pertumbuhan belanja pemerintah bisa lebih besar tahun ini. Pengeluaran pemerintah pada triwulan I yang hanya 3 persen, kata Faisal, tidak berarti apa-apa. Padahal, tahun lalu pertumbuhan belanja pemerintah minus 46,6 persen. “Ini sama artinya dengan pemerintah tidak bekerja,” katanya.
Menurut Faisal, meski pengangguran turun menjadi hanya 6,8 persen dari 7,4 persen Februari tahun lalu, tidak berpengaruh signifikan. Justru peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja paruh waktu dan separuh mengganggur. Atas alasan itu, pertumbuhan tidak berhasil pada penyerapan tenaga kerja. “Pertumbuhan yang ada tidak berkualitas,” katanya.
Angka pertumbuhan ekonomi di atas target pemerintah yang hanya 6,4 persen, menurutnya, belum bisa disebut sebagai prestasi. Pasalnya, target pertumbuhan 6,4 persen adalah angka yang sangat rendah yang pasti tercapai. “Kalau mau pemerintah harusnya berani di atas 7 persen,” katanya.
Menurut Faisal, kacaunya kebijakan ekonomi dan industri juga menjadi penyumbang lambatnya pertumbuhan ekonomi. “Sebetulnya kita bisa tumbuh lebih tinggi kalau pemerintah beres,” ujarnya.
IRA GUSLINA