Cahaya terang dari Nebula Kepiting terdeteksi teleskop antariksa Fermi pada 12 April lalu. Kilatan cahaya yang disebut sebagai "superflare" tersebut menyembur pada panjang gelombang sinar gamma dan terus berlangsung hingga enam hari berikutnya.
"Superflare ini merupakan semburan paling intensif yang pernah kami saksikan. Peristiwa ini penuh teka-teki," ujar ilmuwan Goddard Space Flight Center, NASA, Alice Harding.
Ia mengatakan, salah satu teori sebagai penjelasan terhadap fenomena ini adalah terjadinya keteraturan tiba-tiba pada medan magnet yang tak jauh dari bintang neutron yang terletak di tengah Nebula Kepiting. Namun lokasi persis keteraturan ini belum diketahui.
Semburan cahaya ini kemungkinan dipicu oleh elektron berenergi 100 kali lebih besar dari mesin pemercepat partikel di bumi. Dengan demikian, peristiwa superflare mencetak rekor sebagai elektron berenergi terbesar di galaksi Bima Sakti.
Penelitian lebih jauh atas peristiwa superflare sampai pada kesimpulan daerah yang menyemburkan cahaya sama besar dengan ukuran tata surya kita.
Nebula Kepiting merupakan material sisa bintang yang meledak tahun 1054 sebagai supernova. Ledakan ini disaksikan dan dicatat oleh astronom Cina dan Arab. Begitu terangnya, ledakan bintang ini dapat disaksikan di siang hari.
Kini proyektil sisa ledakan bintang tersebut terus mengembang menembus ruang antar bintang. Dilihat dari bumi, Nebula Kepiting tampak sebagai kabut beraneka warna dengan sebuah bintang neutron di tengahnya.
SPACE | ANTON WILLIAM