Menurut Direktur Umum dan Operasional Rumah Sakit Adam Malik, Tinon Resphati, rumah sakit itu setidaknya membutuhkan tambahan satu lagi ahli bedah jantung dan empat tenaga ahli keperawatan pasca-operasi jantung.
Rumah sakit ini berencana menambah ahli bedah jantung pada tahun ini. ”RS Adam Malik sudah mengusulkan kepada Departemen Kesehatan pengadaan satu tenaga ahli bedah jantung dan empat perawat khusus bedah jantung. Namun, hingga Mei 2011 permintaan ituuu belum terealisasi,” kata Tinon kepada Tempo, Kamis, 12 Mei 2011.
Padahal, jumlah pasien bedah jantung di rumah sakit itu terus bertambah menyusul semakin lengkapnya fasilitas vaskuler di rumah sakit milik pemerintah ini. ”Rata-rata tujuh pasien bedah jantung setiap bulan,” ujar Tinon.
Pada tahun 2010, jumlah pasien bedah jantung mencapai 83 orang. Jika satu tenaga dokter bedah jantung dan empat perawat khusus bedah jantung itu ada, kata Tinon, tahun ini RS Adam Malik diprediksi mampu melakukan operasi bedah jantung rata-rata 200 pasien dalam setahun.
Menurut Tinon, pasien enggan melakukan bedah jantung di RS Adam Malik bukan karena peralatan tidak lengkap, melainkan karena harus antre akibat keterbatasan dokter bedah jantung. Akibatnya, pasien memilih berobat ke Malaysia atau Singapura. ”Padahal biaya bedah jantung RS Adam Malik jauh lebih murah dibandingkan rumah sakit di Malaysia,” ujarnya.
Tinon mengemukakan, untuk sekali operasi jantung koroner (by-pass) di RS Adam Malik dikenakan biaya antara Rp 70 juta hingga Rp 90 juta. Sementara di Malaysia mencapai Rp 100 juta.
RS Adam Malik saat ini tengah membangun cardiac center atau pusat pengobatan jantung untuk wilayah barat Indonesia setelah yang pertama dimiliki RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Sesuai jadwal, gedung baru itu harus dioperasikan tahun 2011. ”Seluruh biaya pembangunan cardiac center berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Departemen Kesehatan serta bantuan Pemerintah Korea Selatan,” ujar Tinon.
Cardiac center dibangun delapan lantai di atas lahan seluas 6000 meter persegi. Di atas gedung cardiac center dibangun landasan pacu helikopter atau helipad.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Medan, Muhammad Nur Rasyid Lubis, mengatakan, untuk menekan pasien eksodus berobat keluar negeri diperlukan pelayanan terbaik yang ditunjang dengan kemampuan dokter dan peralatan.
Menurut Rasyid, Rumah Sakit Adam Malik telah memiliki alat canggih dan dokter yang berpengalaman. Namun, berdasarkan hasil penelitian Lembaga Kajian Pelayanan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, pasien asal Sumatera Utara memilih berobat ke luar Malaysia dan Singapura akibat respon time serta sambutan dokter dan paramedis RS Adam Malik lebih rendah dibanding Malaysia atau Singapura. “Soal alat dan dokter serta biaya berobat, RS Adam Malik masih mampu bersaing dengan rumah sakit luar negeri,” kata Rasyid, Kamis, 12 Mei 2011.
SAHAT SIMATUPANG