TEMPO Interaktif, Sleman - Tiga mayat terduga teroris yang tewas dalam penyergapan di Kampung Dukuh, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu 14 Mei 2011, dipindahkan dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga mayat tersebut dibawa dengan menggunakan tiga mobil ambulans milik DVI Polda Jawa Tengah dan RS Bhayangkara Polda DIY sekitar pukul 10.00 WIB dengan mendapat pengawalan ketat dari Tim Detasemen Khusus 88/Antiteror.
"Informasi yang kami dapat, mayat terduga teroris ini akan dibawa ke Semarang. Tapi, kami tidak tahu persis pastinya," kata salah seorang pejabat direktur Polda DIY.
Seperti diberitakan, kepolisian menembak terduga teroris di pertigaan Jalan Palagan Tentara Pelajar Kampung Dukuh, Desa Sanggrahan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu dini hari 14 Mei 2011.
Dalam baku tembak tersebut, aparat kepolisian yang diduga anggota Detaseman Khusus 88 Polri berhasil melumpuhkan dua orang di lokasi tersebut.
Heru, 55 tahun, warga setempat, mengatakan kejadian baku tembak antara polisi dengan dua terduga teroris berlangsung sekitar pukul 01.00 WIB hingga pukul 01.15 WIB.
"Saya mendengar ada sekitar 20 tembakan lebih, sehingga saya terbangun untuk melihat dari jendela kaca rumah," kata Heru.
Menurut dia, dua orang terlihat tergeletak di pinggir jalan itu. Yang satu masih mengenakan helm dalam posisi tertelungkup dan masih membawa sepucuk pistol di tangannya. Satu orang lainnya, helmnya terlepas dan tergeletak tidak jauh dari jalan di sebelah rumahnya.
Selain itu, petugas juga menggerebek rumah kontrakan milik Agus, sekitar pukul 03.00 WIB pagi. Aparat juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yang disimpan di rumah kontrakan itu.
Polisi menemukan enam pucuk senjata angin laras panjang, buku-buku bacaan tentang Islam, potongan besi, dan baju rompi.
Berdasarkan informasi di lokasi kejadian, rumah kontrakan tersebut dihuni oleh Endro Yunanto bersama istrinya dan dua anaknya. Dia setiap hari bekerja sebagai penjual es gabus dan istrinya berjualan makanan kecil.
Menurut Prapti, 66 tahun, tetangga orang yang diduga teroris tersebut, keluarga yang menempati rumah nomor 17 itu hanya mengontrak dan baru tinggal tiga bulan ini.
"Yang laki berjualan es gabus dan istrinya membungkus makanan kecil untuk dijual ke pasar. Keluarga itu memang orang tertutup, warga banyak yang tidak mengenalnya," katanya.
Menurut dia, polisi mendatangi rumah kontrakan tersebut sekitar pukul 03.00 WIB dan yang laki dibawa oleh polisi. "Sedangkan istri dan dua anaknya masih di dalam rumah," katanya
WDA | ANT