TEMPO Interaktif, Magelang - Ratusan seniman mengikuti Karnaval Paku Tidar yang digelar di Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (14/5). Para seniman dari 23 kelompok kesenian tradisional Magelang itu melakukan perjalanan ritual yang berawal dari Gunung Tidar menuju titik nol Alun-Alun Kota Magelang.
Mulanya sebanyak tujuh seniman dipimpin tokoh seniman Kota Magelang yang juga pemimpin Padepokan Gunung Tidar Kota Magelang, ES Wibowo memulai perjalanan ritual ke puncak Gunung Tidar. Prosesi ini disebut sebagai Suluk Gunung Tidar. ES Wibowo memerankan sosok spiritual Prabu Watu Gunung dengan baju klebet putih-hitam membawa lima helai janur kuning. Dia dikelilingi lima perempuan berkebaya batik Jawa memerankan sosok bidadari. Masing-masing perempuan itu membawa tampah persembahan.
Selama perjalanan menuju puncak gunung terdengar sayup tembang Jawa Pengayoman Bumi yang dilantunkan Wibowo. Sedangkan para perempuan terus menebar kembang mawar kuning. Sampai di puncak gunung, rombongan melakukan upacara dengan mengelilingi dua petilasan yakni Makam Ismoyo, sebutan lain untuk sosok Semar dalam dunia pewayangan, serta makam dari putra Kerajaan Mataram, Prabu Purboyo.
Usai prosesi di dua petilasan itu, perjalanan dilanjutkanke sebuah tugu yang disebut sebagai Tugu Sasasa, yang tak lain tanda puncak tertinggi Gunung Tidar. Di tugu yang bertulis huruf Jawa tiga “S" itu rombongan kembali berjalan berkeliling melawan arah jarum jam.
“Masyarakat sekitar sering mengartikan tiga S itu sebagai Sopo Salah Seleh (siapa saja yang bersalah suatu saat akan jatuh),” kata ES Wibowo. Sedangkan tugu itu sebagai simbol pancang atau paku dari Tanah Jawa.
Prosesi di gunung itu sendiri simbol doa untuk Indonesia agar tetap utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa melupakan akar budayanya.
Usai prosesi, rombongan kembali menuruni gunung. Di kaki gunung, telah menunggu ratusan seniman yang menabuh berbagai alunan musik tradisional. Para seniman itu mengusung delapan tandu berisi 1105 burung seperti burung gereja,emprit Jawa, dan juga emprit kaji. Angka 1105 sebagai simbol usia kota Magelang berdasarkan Prasasti Mantiasih yang berada di Kampung Meteseh Magelang.
Rombongan kemudian melanjutkan kirab Karnaval Paku Tidar dengan berjalan menuju Alun-alun dengan disaksikan ribuan warga kota. Dalam perjalanan melalui sub terminal Ikhlas melewati Jalan Ikhlas, Jalan Sudirman, Jalan Pemuda di kawasan Pecinan, dan berakhir di tugu sebagai tanda kilometer nol Kota Magelang itu sejumlah aksi budaya seperti tari topeng ireng, warok bocah, liong samsi, dan jingkrak sundang.
Dipuncak acara delapan tandu berisi ribuan burung itu kemudian diterbangkan ke langit lepas. Burung-burung itu sebagai simbol pembawa kabar perdamaian nan abadi. ”Ini sebagai bentuk pengabaran bahwa manusia harus senantiasa menjaga harmoni kehidupannya bersama alam juga sesama manusia,” kata Ketua Panitia Karnaval Paku Tidar, Haris Kertorahardjo.
PRIBADI WICAKSONO.