TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Ery Basworo mengatakan akan mengkaji sekitar 20-an jembatan layang tua di Jakarta untuk mengantisipasi gempa besar. "Kami akan meneliti jembatan yang dibangun Pemprov DKI maupun Kementerian Pekerjaan Umum," kata Ery hari ini.
Ery menjamin jembatan yang baru saja jadi seperti jembatan layang non-tol Kalibata, Jakarta Selatan, tahan gempa sebesar 8 skala richter. Dengan catatan, pusat gempa bukan terjadi di Jakarta. "Yang saya tahu ancaman pusat gempanya di Bandung dan di Laut Selatan," ujarnya.
Seperti Kalibata, dua jalan layang non-tol yang sedang dibangun, yaitu Kampung Melayu-Tanah Abang dan Antasari-Blok M, juga kebal gempa besar. Dalam estimasi kontruksinya, Ery menjamin dua jembatan itu sudah sesuai Peta Gempa 2010.
Dalam analisisnya, jika dibandingkan jembatan di Singapura, Jakarta masih lebih baik. Menurut Ery, tiang jembatan di negeri jiran itu kalah kokoh ketimbang di Jakarta. "Di sana rata-rata diameter tiangnya cuma 1 meter, di Jakarta mencapai 2 meter," lulusan Teknik Sipil Struktur ITB itu.
Jembatan layang yang akan diteliti, antara lain Jembatan Layang Sudirman, Kampung Melayu, Senen, Pramuka, Pasar Pagi Mangga Dua, Pancoran/Kuningan, Penggilingan, KS Tubun, Roxy, RE Martadinata, dan Yos Sudarso. Selebihnya, Ery mengaku lupa jembatan mana lagi yang akan diteliti. Yang jelas, studi jembatan layang akan direalisasi dalam waktu dekat.
Sebulan silam, pihaknya sebenarnya sudah berdiskusi dengan sejumlah ahli gempa di Balai Kota. Waktu itu para ahli gempa, kata Ery, memastikan pusat gempa bukan di Jakarta. Kalaupun gempa terjadi, jembatan layang di Jakarta dianggap masih cukup kuat.
Staf Khusus Kepresidenan Andi Arief menyatakan Jakarta dan Bandung berpotensi alami gempa besar. Sumber gempa sebesar 8,7 skala richter berada di wilayah Selat Sunda. Andi menyampaikannya di diskusi bertajuk "Bencana dan Sejarah Indonesia" di Jakarta, kemarin.
HERU TRIYONO