Karena itu ia berharap PLN memprioritaskan pemakaian produk dalam negeri terutama dalam proyek pembangunan pembangkit listrik. Industri dalam negeri diyakini mampu memproduksi dengan kualitas dan standar internasional. "Departemen Perindustrian telah membuat list produk-produk berkualitas Indonesia," kata Hidayat, Rabu (18/5).
Pemerintah bahkan menjamin kualitas produk dalam negeri tersebut dengan memberi diskon atau preferensi 15 persen bagi industri yang bersedia menggunakan produk dalam negeri.
Tahun ini pembangkit listrik dalam negeri telah mampu memberi pasokan listrik sebesar 30 ribu megawatt. Ditargetkan dalam 10 tahun ke depan bisa bisa bertambah 60 ribu megawatt.
Banyaknya proyek pembangunan pembangkit listrik itu adalah potensi besar bagi produsen dalam negeri untuk bisa memasok komponen atau alat yang diperlukan dalam proyek tersebut.
Salah satu produsen peralatan listrik dalam negeri yang memiliki kualitas produksi berstandar internasional tersebut seperti PT CG Power System Indonesia. Perusahaan asal Belgia itu mampu memproduksi transformator atau alat penunjang penyedia listrik dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan mulai dari fasilitas pembangkit sampai fasilitas transmisi dan distribusi listrik.
Sayangnya hingga sekarang produk perusahaan yang berlokasi di Cileungsi, Bogor itu lebih banyak diekspor. Sebab, produsen listrik di dalam negeri seperti PLN, malah jarang menggunakan produk tersebut.
Presiden Direktur PT CG Power System Indonesia Hemant Lakhotiya mengatakan bahwa saat ini hanya 20 persen produksi CG yang diserap oleh dalam negeri. "Selebihnya, 80 persen produksi kami ekspor terutama ke Australia dan New Zealand," katanya.
Ia menyatakan pasar produk pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan masih diisi oleh produk impor asal Cina. Padahal produksi CG dikerjakan oleh 98 persen karyawan Indonesia dan telah memiliki standar internasional. "Kami berharap PLN lebih bisa bekerja sama."
AGUNG SEDAYU