Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakaian Dalam pada Sepotong Kayu

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Surakarta - Galeri Balai Sudjatmoko Surakarta bagai berubah menjadi butik. Puluhan pakaian tertata rapi. Semuanya merupakan pakaian wanita, termasuk beberapa pakaian dalam. Mulai dari kutang, baju, sepatu, selendang hingga lingerie, semuanya ada.

Tapi, jangan salah. Sulit mengenakan pakaian itu untuk menutup tubuh. Sebanyak 40 pakaian yang dipamerkan semuanya dibuat dari kayu. Benar-benar kayu gelondongan tanpa sambungan, dengan ukuran seperti aslinya. Sang seniman, Barata Sena, memanfaatkan kayu gelondongan yang dipahat sehingga menyerupai pakaian wanita. Pemahatan dilakukan secara detail hingga ke lekuk-lekuk yang tersembunyi.

Seperti di sebuah karya berjudul "Kutang", misalnya. Barata Sena membuatnya secara sempurna, mirip motif-motif kutang yang banyak dijual di pasaran. Kayu jaranan itu juga dipahat hingga ke detail terkecil, seperti tali serta kancing pengait. Dia juga berhasil membuat karya yang sama dari bahan kayu trembesi.

Beberapa karya dalam bentuk selendang juga diselesaikan melalui teknik yang tentunya sangat rumit. Selendang yang panjangnya lebih dari satu sentimeter itu memiliki ketipisan yang luar biasa. Tidak sekadar berhasil menciptakan bentuk selendang, Barata Sena juga membubuhkan motif batik pada karyanya itu.

Karya berbentuk lingerie juga turut dipamerkan di salah satu sudut galeri. Dari kejauhan, orang mungkin tidak menyangka jika pakaian malam itu terbuat dari kayu. Brokat di bagian bawah pakaian dipahat dengan sangat detail. Urat kayu lo yang tetap dipertahankan membuat warna pakaian itu semakin terlihat eksotis.

Namun Barata Sena juga mencoba untuk memamerkan hasil pahatan berbentuk pakaian, namun terlihat abstrak. Dia memanfaatkan kayu yang telah lapuk dan berlobang di sana sini. Bentuk permukaan kayu yang kasar membuat pakaian itu seperti terbuat dari bulu. Dia menggunakan bahan-bahan itu untuk membuat jubah serta rompi.

Pameran bertajuk "Jalan Kayu" pada 18-30 Mei 2011 itu merupakan pameran ketiga yang dilakukan oleh Barata Sena. Dia merupakan lulusan Institut Seni Surakarta jurusan Kriya Kayu. Melalui pameran itu, dia mencoba memberi nilai kepada kayu tertentu yang selama ini dipandang sebelah mata. Seperti kayu lo, kayu angsana, kayu jaranan hingga kayu beringin.

Dari karya yang dipamerkan, tidak satu pun yang terbuat dari kayu jati yang bernilai tinggi. “Saya justru memilih kayu gelondong yang tersia-siakan,” kata Barata. Kebanyakan berasal dari pohon tumbang. Tidak jarang kayu yang ditemukan sudah lapuk atau hangus bekas terbakar. Dia mengaku tidak pernah menebang pohon untuk membuat karya seni.

Barangkali, banyak orang mengira bahwa Barata Sena memiliki kekaguman tertentu terhadap pakaian wanita. Namun, anggapan itu salah. Barata justru menciptakan puluhan karya berbetuk pakaian wanita karena dia berulang kali mendapat "masalah" dengan pakaian itu.

Saat tengah sendiri di rumah, misalnya, Barata berulang kali disibukkan dengan kegiatan mengambil jemuran istrinya saat hujan turun, mengantar putrinya ke pusat perbelanjaan hanya untuk membeli pakaian, dan saat putrinya sibuk memilih pakaian, dia hanya bisa terpaku menunggu. Rutinitas itu menumbuhkan kekesalannya terhadap pakaian wanita. Namun rasa kesal itu akhirnya memercikkan ide untuk membuat karya pahatan berbentuk pakaian wanita. 

"Rasa benci itu saya buang ke tong sampah," kata Barata. Aneh bin ajaib, kebiasaan putrinya berbelanja pakaian sepekan sekali itu hilang setelah dia berhasil membuat karya-karya yang diproduksi sejak 2010 lalu.

Ahmad Rafiq

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

31 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

38 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.