Pernyataan dalam bahasa Arab itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada 2005 dengan judul "Nasihat dan Wasiat untuk Umat Islam". Usamah menyerukan kewajiban semua muslim adalah menyerang warga sipil Amerika Serikat dan sekutunya di mana saja. Nasir, yang membaca versi aslinya dalam bahasa Arab pada 1999, mengatakan pembaca tulisan itu lazimnya terpengaruh dengan ideologi Usamah.
Pria yang lulus dari Akademi Mujahidin tahun 1990 itu menguraikan, di sekolah tersebut murid-muridnya diajarkan tentang persenjataan, peracikan peledak, navigasi, dan fikih jihad. Namun, tak pernah ada soal menyerang warga sipil. "Tahun 1992, ketika Mujahidin mengepung Kabul, orang sipil disuruh keluar, yang tersisa hanya tentara," tuturnya. Mujahidin Arab sempat memprotes kenapa tidak menawan orang sipil, tapi Mujahidin Afghanistan menolaknya mentah-mentah.
Nasir memperkirakan ada sekitar 300 orang Indonesia yang belajar di Akademi Mujahidin. Tahun 1987, angkatan Mukhlas, si pelaku bom Bali, 59 warga Indonesia lulus dari institusi tersebut. Di angkatan Nasir sendiri ada 25 orang Indonesia.
"Mengapa mereka tidak berbuat (menyerang sipil) sejak lulus? Karena tujuan memang tidak menargetkan sipil, kalau iya, lebih kacau lagi Indonesia. Untung cuma sedikit yang terpengaruh Usamah," tuturnya.
Masalahnya, kini seruan Usamah disambut pula oleh banyak orang, tak cuma lulusan Afghanistan. Ajaran tokoh teroris yang telah tewas itu malah disebarkan pula oleh mereka. "Inilah yang terjadi sekarang, ilmu peledakan tersebar ke mana-mana. Bahaya pengetahuan jika dimiliki orang yang tidak disiplin dan tidak tahu untuk tujuan apa," ucapnya.
BUNGA MANGGIASIH