"Uang tersebut tak pernah disetor. Sehingga 25 penumpang pesawat yang tewas dalam kecelakaan di Papua tak masuk tanggungan asuransi. Tapi karena pemerintah tidak mau menanggung malu, maka santunan korban dibayarkan pemerintah," kata Aries dalam konferensi persnya di Jakarta, Selasa, 24 Mei 2011.
Total uang yang tak dibayarkan kepada Jasa Raharja, menurut Aries, mencapai RP 50 miliar. Selain menunggak iuran asuransi, Merpati juga tak membayarkan iuran asuransi Jamsostek bagi karyawannya. Seluruh uang yang seharusnya dibayarkan dipakai membayar gaji karyawan tepat waktu dan tepat jumlah.
"Kami karyawan diimingi pembayaran gaji tepat waktu dan sesuai jumlahnya tapi dari hasil mengemplang uang Jasa Raharja dan iuran Jamsostek. Ini hanya solusi jangka pendek. Uang itu juga terpakai untuk operasional perusahaan," ujar Aries.
Menanggapi tunggakan asuran Jasa Raharja dan Jamsostek, Dirut Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo menyatakan masalah tunggakan sudah terjadi sejak Aries Munandar menjabat General Manager Marketing Merpati. Sardjono justru mempertanyakan asal muasal tunggakan tersebut.
"Itu tunggakan sudah sejak dia menjadi General Manager Marketing Merpati. Perusahaan dia yang mainkan. Ada God Father-God Fatheran. Kalau mau begini karyawan harus menjadi anggota Sekar. Mau jadi apa harus menghadap ke Aries. Seperti itu," kata Sardjono.
Menurut Sardjono, kini direksi perusahaan yang baru menjabat sejak 27 Mei 2010 mulai membayarkan tunggakan asuransi. "Minggu lalu kami baru bayarkan Rp 300 juta dan kini sudah Rp 700 jutaan. Kami berupaya untuk restrukturisasi. Korban pesawat semuanya dibayarkan Jasa Raharja. Tak mungkin pemerintah yang membiayai."
ROSALINA