Topeng kayu yang dibuat dengan beragam warna dan bentuk itu ada yang baru dan lawas, berusia puluhan tahun. Menurut pemilik galeri, Abun Adira, yang juga pelukis, sebagian besar topeng koleksinya itu biasa dipakai untuk menari. Agar mudah dikenal publik, Abun melengkapi jejeran topengnya dengan informasi seperti asal daerah topeng, penggunaan, pembuatnya, dan tahun pembuatan topeng.
Koleksi topeng itu dikelompokkan, antara lain sebagai topeng hiburan, punakawan Cirebon, barong, topeng Kalimantan, toeng cerita panji, topeng reog Ponorogo, dan topeng Banyuwangi. “Saya mulai giat kumpulkan sejak setahun lalu,” kata Abun di galerinya, Selasa, 24 Mei 2011.
Pengumpulan topeng itu dengan cara mendatangi kolektor topeng dan pembuatnya langsung. Perburuannya menguras dana Rp 400 juta lebih. “Sebagai pelukis, saya tertarik warna, garis, dan aura dari topeng,” ujarnya.
Seniman tari dan pengamat topeng Endo Suanda mengatakan, Indonesia tak memiliki ciri khas topeng. Namun keragaman itu justru menarik, sehingga makna dan memaknai topeng menjadi sangat kompleks. “Topeng adalah dunia ambigu bahkan paradoks,” kata Endo.
ANWAR SISWADI