TEMPO Interaktif, Bandung - Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia membantah akan mengeluarkan sekitar 1.200 mahasiswa. "Mereka dianggap mengundurkan diri, bukan drop out, karena Unpad tidak pernah memecat," katanya di Gedung Rektorat Unpad, Selasa, 24 Mei 2011.
Sebelumnya, media melaporkan sekitar 1.200 mahasiswa Universitas Padjajaran terancam drop out. Mereka tidak hanya mahasiswa yang menempuh ilmu di jenjang S-1 saja, tapi juga S-2 dan S-3.
Sesuai aturan kampus, menurut Ganjar, setiap mahasiswa yang tidak mendaftar ulang atau registrasi selama dua semester berturut-turut atau tidak berturut-turut, dinyatakan mengundurkan diri. Begitu juga mahasiswa yang melewati batas studi. "Untuk S-1 selama 14 semester, sedangkan D-3 sebanyak 10 semester," ujarnya.
Khusus bagi 'mahasiswa abadi', kata Ganjar, pengunduran diri sangat diperlukan. Alasannya, agar tidak menghambat atau mengurangi kursi mahasiswa baru yang masuk setiap tahun. "Sebab perkuliahan kita hitung juga dengan rasio dosen dan mahasiswanya," kata Ganjar.
Selain itu, pengunduran diri berguna karena menghemat duit negara. Menurut Ganjar, mahasiswa Unpad menerima subsidi pemerintah Rp 18 juta dari kebutuhan unit cost kuliah Rp 22 juta per tahun. Mahasiswa setiap tahun diwajibkan membayar sisanya sebesar Rp 4 juta. "Kalau kuliah melebihi waktu, yang dirugikan banyak," ujarnya.
Pembantu Rektor Unpad Husein H. Bahti mengatakan setiap fakultas kini masih mendata jumlah mahasiswa yang terancam keluar. Angkanya diperkirakan mencapai ratusan orang dari seluruh fakultas. "Yang terancam drop out 1.200 orang tidak ada itu, mungkin itu yang kini sudah tidak aktif. Saya nggak tahu angka itu dari mana," katanya.
Mahasiswa tersebut, kata Husein, wajib lulus pada pertengahan Agustus mendatang jika tidak ingin dianggap mengundurkan diri. Mereka yang banyak terancam harus keluar berasal dari beberapa fakultas dengan mahasiswa terbanyak, yaitu sekitar 6.000 orang. Misalnya, ujar dia, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik serta Fakultas Ilmu Komunikasi.
ANWAR SISWADI