"Semakin besar pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi pula kebutuhan plastik," kata Budi Sadiman, Ketua Umum Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS) di Jakarta, Rabu, 25 Mei 2011.
Budi menjelaskan komsumsi bahan baku plastik di Indonesia sebesar 2,6 juta ton per tahun. Bila naik 7,8 persen, maka jumlah konsumsi akan mendekati angka 3 juta ton per tahun.
Kenaikan konsumsi itu sudah mulai tampak pada kuartal pertama tahun ini. Terjadi kenaikan konsumsi bahan baku plastik 6 persen dibanding kuartal pertama tahun lalu.
Ia berharap perkiraan ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh produsen bahan baku plastik dalam negeri. Salah satunya dengan meningkatkan produksi untuk menutupi permintaan.
Meski bengitu, ia menganggap produsen bahan baku sudah mulai mempersiapkan diri. Sebab, mereka telah berusaha memperbesar produksi, misalnya produsen plastik PT Chandra Asri yang akan menaikkan kapasitas produksi dari 600 ribu ton ke 1,2 juta ton per tahun.
Ia berharap usaha produsen bahan baku plastik harus dibarengi dengan upaya pemerintah menyediakan naftha, minyak bumi yang diolah menjadi bahan baku plastik. PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan minyak pemerintah harus membangun kilang baru untuk naftha supaya produsen bahan baku plastik tidak lagi mengandalkan impor.
Apabila naftha bisa terpenuhi di dalam negeri maka akan berdampak pada murahnya harga bahan baku plastik. Dengan begitu, produsen bahan baku plastik dalam negeri bisa mengalahkan gempuran importir yang kini menguasai 30 persen pasokan bahan baku plastik dalam negeri.
Ia menambahkan harga naftha kini naik dari 1.400 per ton pada tahun lalu, menjadi 1.800 per ton pada tahun ini. Ia memperkirakan kenaikan naftha ini akan berdampak pada kenaikan produk kemasan plastik hingga 10 persen.
TRI SUHARMAN