TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan produksi beras tahun ini terancam seret karena hingga memasuki kuartal kedua tahun ini luas tanam belum mencapai target 9,3 juta hektare. “Sampai April 2011 kira-kira 97 persen dibanding rencana,” katanya usai rapat persiapan panen di kantor wakil presiden, kemarin.
Pemerintah pun tak yakin target produksi 39,5 juta ton beras atau setara 70,6 juta ton gabah kering giling sepanjang tahun ini. Lantas, iklim di masa tanam pertama sepanjang Oktober 2010 hingga Maret 2011 dipenuhi oleh hujan, sehingga padi sulit kering. Faktor cuaca ini juga menyebabkan pola tanam di sejumlah daerah mundur beberapa bulan dibanding jadwal biasanya.
Karena perubahan pola tanam ini, penyerapan pupuk pun ikut turun dan berimbas pada produktivitas padi. Dari target 5,5 ton per hektare di musim tanam pertama, Badan Pusat Statistik mencatat realisasinya berkisar di 5,2 - 5,3 ton tiap hektare-nya. Artinya, produksi beras musim tanam pertama meleset dari target.
"Ini diusahakan ditanggulangi. Jangan sampai terjadi lagi di musim tanam yang kedua. Akan kita kejar untuk musim tanam kedua," ucap Bayu.
Selama musim tanam April-September tahun ini, pemerintah bakal memantapkan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah angka produksi meleset. Salah satunya dengan cara membenahi penyerapan pupuk di sejumlah daerah yang masih lemah. Wakil Presiden Boediono, kata Bayu, juga meminta koordinasi lebih intens di lapangan.
Dengan antisipasi itu, ia yakin pada musim tanam kedua, target nasional akan terpenuhi. Terlebih, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan pada musim tanam kedua cuaca lebih normal dibanding musim pertama, sehingga gabah lebih mudah kering dan angka produksi terdongkrak.
Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan, Winarno Tohir, menambahkan, swasembada beras hanya bisa dicapai bila terdapat sawah baru 1,5 juta hektare, peningkatan produktivitas lahan panen 2 ton per hektare dari produktivitas rata-rata 5 ton per hektare. Saat ini cetak sawah baru hanya 50 ribu hektare per tahun, padahal alih fungsi lahan pertanian sudah sekitar 100 ribu hektare.
“Pemerintah seharusnya segera mengalokasikan lahan baru untuk pertanian,” katanya saat dihubungi.
Dengan luas sawah mencapai 13,6 juta hektare dan jumlah penduduk mencapai 241,1 juta jiwa menjadikan luas sawah rata-rata hanya sekitar 500 meter per kapita, menurut dia, Indonesia kalah dibanding Vietnam dan Thailand. Kedua negara itu memiliki rata-rata luas sawah masing-masing per kapita 2 kali dan 3 kali dari luas rata-rata sawah Indonesia.
“Dengan begitu Vietnam dan Thailand masih bisa ekspor beras. Sedangkan kita sangat rawan, kena hama sedikit langsung terganggu," katanya.
Winarno juga meminta pemerintah tidak gampang mengambil langkah impor untuk memasok kebutuhan pangan dalam negeri. “Seharusnya saat produksi beras kurang, pemerintah membuat program-program dan pembinaan bagi petani. Impor kita kemarin sudah cukup besar sekitar 1,9 juta ton beras," katanya.
BUNGA MANGGIASIH | ROSALINA