Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Garis-garis Ajaib  

image-gnews
(kiri-kanan) Karya
(kiri-kanan) Karya "Rangda", "Human Character" dan "Barong" oleh Mega, pada pameran seni vektor bertajuk "Madu, Racun, dan Negeriku" di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sabtu (28/05). TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH.
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Barangkali ini memang bukan ragam seni baru. Sejak teknologi komputer berkembang pesat, lebih-lebih piranti ini mulai dapat digunakan sebagai penunjang desain grafis, seni vektor mulai menjadi andalan dalam pengolahan gambar. Komputer yang semula hanya bisa mengolah gambar berbasis piksel, kini berkembang menjadi olah vektor.

Teknik vektor memungkinkan gambar diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan berapapun tanpa menjadikannya pecah. Tak heran jika para desainer grafis memilih teknik ini. Layar komputer mereka ubah menjadi serupa kanvas dengan palet dan kuasnya adalah panel tablet grafis dan pena digital.

Seperti yang dilakukan sembilan seniman grafis, baik dari Indonesia maupun luar negeri, yang memajang karya-karyanya di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dalam pameran bertajuk Madu, Racun, dan Negeriku.

Karya-karya yang dipamerkan hingga 19 Juni nanti itu lebih kepada ekspresi para seniman akan rasa cinta mereka kepada Indonesia sekaligus keprihatinan atas berbagai persoalan sosial yang mereka temui sehari-hari. Para seniman yang dipilih dalam pameran ini adalah mereka yang sejak awal ikut andil dalam perkembangan seni vektor di Indonesia, dan tetap setia di jalur itu.

Salah satu ciri seni vektor adalah munculnya garis tegas dan warna-warna solid. Tiap-tiap seniman memiliki ciri khas sendiri dalam memperlakukan dua elemen itu, garis dan warna. Beberapa menggunakan garis tegas dan warna solid tetapi tak jarang mereka memanfaatkan gradasi.

Seperti karya Chris Parks. Ilustrator dan desainer grafis dari Amerika Serikat ini menggambar topeng Bali berjudul Balinese Dancer. Gambar ini menyerupai lukisan realistik dengan kombinasi warna yang kontras, obyek yang detil dan memiliki volume.

Chris, yang memakai nama Pale Horse dalam tiap karyanya, menampilkan kebudayaan Bali dalam merespon akan Indonesia. Seperti dijelaskan kuartor Godot Guntoro dalam katalog, penggunaan perangkat khusus seperti gradient mesh atau penggabungan perangkat blend dan gradient dengan pengolahan sedemikian rupa akan menghasilkan karya yang sangat realistis. Sehingga mata awampun akan sedikit sulit mengenali, apakah ilustrasi yang terlihat adalah hasil foto atau olahan vektor.

Lain halnya dengan Mega, desainer grafis dari Prancis yang sejak 2008 lalu sudah menetap di Bali. Satu seri karyanya berjudul Rangda, Human Character, dan Barong, memperlihatkan gaya yang berbeda dengan Pale. Mega lebih menggunakan garis solid dan warna-warna cerah. Ilustrasi yang ia hasilkan tak menimbulkan efek volume.

Memang, teknik semacam ini paling tepat digunakan dalam pembuatan karakter desain karena sangat lugas dan jelas menggambarkan karakteristik tokoh. "Saya hidup di perkampungan Bali dengan tradisi Hindu yang masih dipegang erat oleh masyarakatnya. Ketiga tokoh yang saya gambar mewakili sisi jahat, baik, dan netral," ujar Mega. Inilah ekspresi Mega terhadap kehidupan Bali yang sudah lama ia singgahi.

Yang tak kalah menarik adalah karya seniman Indonesia. Misalnya, karya Dhanank Pambayun yang setia dengan nama grafisnya Evergrunge. Ia menggambar kepala manusia yang nampak jelas mana otot maupun tulangnya. Bukan anatomi tubuh yang dihadirkan, tetapi terselip pistol, roda-roda mesin, bahkan akar-akar yang menjalar dan saling berpilin. Ada sepasang merpati yang ia gambarkan sebagai sebuah harapan akan kedamaian. Warna yang ia pilih adalah merah dan putih. Terlihat detil gambar terlihat sangat jelas. Kolaborasi teknik vektor dipadupadankan dalam ilustrasi ini.

Ada lagi karya Amalia Kartika Sari atau Loveshugah dalam nama grafisnya. Ia bercerita sebuah paradoks dalam karyanya Jakarta Love|Hate. Dengan teknik dasar, penggunaan garis tegas sehingga menimbulkan karakter kartun di situ. Loveshugah memotret suasana kehidupan Jakarta yang serba semrawut dan kompleks. Segala persoalan Jakarta seperti kemacetan, kepadatan penduduk, ruwet, ia jabarkan dalam kesan yang jauh dari depresif atau muram.

Seniman vektor lain yang ikut serta dalam pameran ini adalah Theyhatemydesign, Singpentinkhappy, Tracelandvectorie, Pinkversusblack, dan The Yellow Dino.

Olah vektor menuntut kejelian dan kreativitas. Ilustrasi vektor dengan berbagai macam obyek jika dipadu dengan penggunaan pola dan warna-warna gradien dengan jeli, maka sang seniman akan mampu menghasilkan ilustrasi yang kaya warna dan detil.

Padu padan ilustrasi gambar dengan media lain seperti video art, akan membuat seni vektor lebih bernilai tinggi. Pekerjaan rumah bagi para seniman vektor untuk tetap menjadikan olah vektor ini berkembang.

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

30 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

37 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.