TEMPO Interaktif, Jakarta - Ratusan orang melakukan aksi damai membagikan seribu tanaman pucuk merah (Eugenia oleana) di Bundaran HI, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2011. "Ini sebagai simbol kehidupan sehat dan segar untuk memperingati hari tanpa tembakau sedunia," kata koordinator lapangan aksi tersebut, Tulus Abadi, di tengah orasi.
Menurut dia, tanaman merupakan simbol paru Kota Jakarta yang harus tetap dijaga kesehatannya. Oleh karena itu, pada setiap tanaman yang dibagikan, ikut disertakan pesan publik untuk mendukung Peraturan Gubernur DKI No. 88 tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok. Tujuan Pergub ini adalah menciptakan Jakarta yang segar dan lebih sehat tanpa asap rokok.
Tulus, yang merupakan salah satu pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia meluruskan anggapan bahwa Pergub 88/2010 melarang warga Jakarta untuk merokok. "Yang benar, pergub ini mengatur orang agar tidak bisa seenaknya merokok di tempat-tempat publik dan merugikan orang yang tidak merokok," ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa peraturan itu tidak melarang pelaku usaha menyediakan ruang merokok. "Hanya menggeser saja, smoking area itu tidak boleh dibuat di dalam satu gedung, harus terpisah," ia menambahkan.
Yang menarik, aksi itu juga menyertakan puluhan anggota Suara Ibu Peduli dan 120 pelajar sekolah menengah atas yang tergabung dalam Kelompok Jantung Remaja.
Ketua Kelompok Jantung Remaja, Sandy Cakra Kusumawardhani, mengatakan keterlibatan kelompoknya dalam aksi ini untuk mengingatkan kepada masyarakat mengenai adanya Pergub 88 ini. "Ternyata banyak yang nggak tahu aturan ini. Orang masih semaunya merokok," katanya sambil menekankan para perokok itu kerap tidak menyadari bahwa asap rokok mereka merugikan orang lain.
Sandy yang tidak mau merokok ini kerap dibuat kesal oleh ulah para penumpang dan sopir angkutan yang merokok sembarangan. Saya pengguna angkot. Setiap hari pasti ada saja yang merokok," ujarnya. Ia mengaku kerap menegur para penumpang yang merokok. "Tapi kalau yang merokok sopir, dia pasti nggak mau dibilangin," kata dia.
ISTIQOMATUL HAYATI