TEMPO Interaktif, Jakarta - Washington – Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) dikabarkan akan memborong surat berharga di pasar finansial untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Rencana ini dilakukan menyusul indikasi bakal terjadinya pelemahan perekonomian Amerika.
Pembelian obligasi yang akan dilakukan bank Sentral diperkirakan senilai lebih dari US$ 2 triliun. Pembelian ini dilakukan untuk menurunkan tingkat bunga dengan mengurangi suplai sekuritas pada sektor swasta. Selain itu, pembelian ini bertujuan mengarahkan investor memborong saham untuk mendorong laju bisnis.
Sayangnya, kabar ini tak sesuai dengan pernyataan Gubernur Bank Sentral, Ben Bernanke, pada April lalu. Saat itu dia memberi isyarat bahwa hambatan bagi quantitative easing (QE/kebijakan moneter oleh Bank Sentral untuk meningkatkan suplai uang dalam perekonomian), sangat tinggi. "Tidak jelas apakah akan ada perbaikan (dalam lapangan kerja) tanpa risiko inflasi tambahan.”
Presiden Bank Sentral St. Louis, James Bullard, mengingatkan, bank sentral memasuki masa di mana kebijakan akan dihentikan sejenak. Bank tidak akan mencoba mendorong suku bunga lebih tinggi ataupun lebih rendah.
Charles Evans, presiden Bank Sentral Chicago mengatakan bahwa yang dilakukan Bank Sentral saat ini sudah cukup.
Hak yang sama dikatakan Presiden Bank Sentral Cleveland, Sandra Pianatto Rabu lalu. Menurut dia sikap bank sentral saat ini sudah tepat. “Perbaikan akan berlanjut meski pertumbuhan akan sangat lambat.”
Bernanke berpendapat, pembelian obligasi di masa lampau efektif, tetapi telah menjadikan bank sentral sebagai korban politik. Sebab pembelian ini dikritik Kongres dan dunia internasional karena menyebabkan inflasi global.
"Mereka tidak mau melakukan QE3," kata Vincent Reinhart, ekonom yang pernah menjalankan divisi berpengaruh dalam urusan moneter pada bank sentral .
QE3 disebut oleh banyak pialang sebagai kemungkinan pembelian sekuritas tahap ketiga oleh bank sentral. Tahap terakhir, QE senilai US$ 600 miliar akan dibeli pada akhir Juni ini.
Pemerintahan Presiden Barrack Obama ingin belanja infrastruktur lebih banyak dalam jangka pendek. "kebijakan yang berpotensi mempengaruhi penciptaan lapangan kerja saat ini tapi juga kemampuan untuk meningkatkan daya saing", kata Brian Deese, Deputi Direktur Badan Ekonomi Nasional kemarin.
Bank Sentral memulai program terakhir QE pada 2010 di tengah kekhawatiran Amerika bakal tergelincir deflasi. Harga Treasury Inflation Protected Securities (TIPS) menunjukkan bahwa investor memperkirakan inflasi 2,8 persen dalam 5 tahun. Angka ini lebih tinggi dari Agustus pada ketika bank sentral mulai membicarakan tentang tahapan baru QE. Saat itu, inflasi yang diperkirakan berada dalam persimpangan menuju penurunan dari 2,8 persen menjadi di bawah 2,2 persen beberapa bulan.
THE WALL STREET JOURNAL | ATMI PERTIWI