TEMPO Interaktif, Jakarta - Akibat pembajakan laut yang sering terjadi, dunia internasional mengalami kerugian hingga US$ 8-12 miliar. Untuk itu, pemerintah mengusulkan adanya penanganan pembajakan laut secara bersama, terutama untuk negara anggota International Maritime Organization (IMO).
"Pelaut-pelaut makin resah dengan adanya pembajakan di perairan Somalia. Perlu dilakukan tindakan tegas terhadap pembajak," kata Menteri Perhubungan Freddy Numberi saat membuka acara National Conference on the Implementation of BMP3 di Jakarta, Senin, 6 Juni 2011.
Dia mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberi mandat ke setiap negara anggota IMO untuk segera memerangi pembajakan sehingga kapal-kapal dapat diamankan. "Banyak organisasi yang dibentuk mengamankan kapal, tetapi tidak terorganisasi. Dengan konferensi IMO pada September depan di London, kami ingin menegaskan lagi mengenai penanganan pembajakan," jelasnya.
Menteri Perhubungan mengakui sampai saat ini belum ada langkah konkret untuk mengatasi pembajakan laut. Untuk itu, perlu membangun kesadaran yang tinggi dari setiap negara.
Sebagai langkah awal, jelasnya, diperkenalkan praktek manajemen industri terbaik atau Best Management Practices to Deter Piracy off the Coast of Somalia and the Arabian Sea Area (BMP3). Manajemen ini bertujuan untuk membantu kapal-kapal menghindari, mencegah, atau memperlambat serangan bajak laut di lepas Pantai Somalia, termasuk Teluk Aden dan wilayah Arab. "Kami akan mengimbau untuk membuat roadmap atau peta jalan pembentukan BMP3," kata dia.
Baca Juga:
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan, Bobby Mamahit, mengatakan penyusunan manajemen itu berdasarkan data dari Angkatan Laut yang menjadi rekomendasi bagi para awak kapal. "Kami tertantang untuk sosialisasi ke pemangku kepentingan soal manajemen untuk mengatasi pembajakan laut," kata dia.
Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) Johnson W. Sutjipto menjelaskan hingga 16 Mei 2011 tercatat sebanyak 518 kasus pembajakan terjadi di perairan Somalia, termasuk di dalamnya pembajakan KM Sinar Kudus. "Saat ini mereka (pembajak laut) menjadi pembunuh dan perampok," ujarnya.
Pada 2010 lalu, lanjutnya, terdapat 392 penyerangan kapal di seluruh dunia dan 40 persennya terjadi di perairan Somalia. Dari angka itu, 53 di antaranya lolos dan 1.180 pelaut disandera. Sementara itu, delapan orang dibunuh.
Kepala Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Hanafi Rustandi mengatakan 70 persen transportasi dunia masih melalui moda laut, yakni kapal. Sementara itu, di Indonesia ada sebanyak 70 ribu pelaut yang bekerja di kapal. "Untuk itu, perlu diberi pelatihan kepada pelaut soal penanganan pembajakan laut," katanya.
SUTJI DECILYA