TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan, Kementerian Pertanian, Prabowo Respatiyo mengatakan, impor sapi dari Brasil belum memungkinkan. Pasalnya, ternak Brasil belum bebas dari penyakit mulut dan kuku.
Begitu pula dengan Kanada yang ternaknya punya masalah sapi gila. Hal ini merujuk Undang-undang No. 18 tahun 2009 mengenai peternakan dan rumah potong hewan yang mengatur kebersihan veteriner (kedokteran hewan) dan cara pemotongan hewan.
Hal ini berbeda dengan keyakinan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi yang sebelumnya menyebutkan uji materiil Mahkamah Konstitusi tentang beleid itu sudah menolak perubahan dari sumber impor dari basis negara menjadi basis zona. Uji materiil yang bersifat mutlak tersebut membuka pintu impor sapi dari Brasil misalnya.
Lebih jauh Prabowo juga menegaskan, Indonesia tidak perlu khawatir dengan penangguhan ekspor ternak hidup oleh Australia. Karena, "Kalau butuh impor, ada pilihan 52 negara lain yang (ternaknya) sudah bebas penyakit," ujarnya, Selasa, 7 Juni 2011.
Seperti diketahui, tanggal 7 Juni lalu, pemerintah Australia secara resmi menangguhkan ekspor ternak hidup ke Indonesia. Penangguhan ini menyusul ditemukannya penyiksaan terhadap ternak di rumah potong hewan di Indonesia oleh lembaga swadaya masyarakat Australia.
Dari hitungannya berpatokan pada data kepemilikan sapi di Indonesia mencapai 13,6 juta ekor, menurut Prabowo, Indonesia bisa jadi tidak perlu mengimpor ternak hidup sama sekali. Dengan tingkat konsumsi sebesar 1,67 kilogram daging sapi per kapita per tahun dikalikan jumlah penduduk 240 juta orang, setiap tahun sebenarnya Indonesia hanya perlu memotong 2,3 juta ekor sapi.
Namun sayangnya data pasti jumlah ternak di Indonesia tidak ada hingga kini karena ternak nasional terpencar. Ia membandingkan dengan Australia yang peternakannya terpusat sehingga mudah diakses. Karena itu, saat ini Kementerian Pertanian bekerja sama dengan BPS melakukan sensus ternak.
Selama ini 25 persen kebutuhan daging dalam negeri masih harus impor. Lebih dari 60 persen Indonesia impor daging tersebut dari Australia. Indonesia tahun ini masih butuh daging 72 ribu ton.
ATMI PERTIWI