TEMPO Interaktif, Bangkalan - Penghentian ekspor sapi hidup dari Australia ke Indonesia selama enam bulan yang berlaku mulai hari ini disambut gembira para peternak sapi potong di Madura, khususnya di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. "Ada baiknya ekspor dihentikan. Harga sapi lokal bisa membaik," kata Abdus Syukur, peternak di Kecamatan Socah, Bangkalan, Rabu, 8 Juni 2011.
Sejak akhir 2010, kata Abdus, harga sapi anjlok hanya Rp 3,5-6 juta per ekor. Hanya harga daging yang relatif stabil Rp 50-55 ribu per kilogram. "Saya menilai daging ekspor merusak harga sapi dan harga daging," ujarnya. Dia mengaku tidak tahu kebutuhan daging di Indonesia, namun stok sapi di Bangkalan dan Madura surplus. "Sapi milik saya masih cukup untuk penjualan dua bulan ke depan."
Data Dinas Pertanian dan Peternakan Bangkalan menunjukkan sapi potong di Madura sedang surplus. Hingga akhir Mei lalu, tercatat 1.900 ekor sapi potong yang dikirim ke sejumlah daerah di Jawa Timur dan Kalimantan. Sekitar 100 ekor dikirim lewat Pelabuhan Tanjung Bumi khusus ke Kalimantan dan 1.800 ekor lewat Pelabuhan Kamal untuk Surabaya.
Kepala Bidang Sarana dan Prasana, Dinas Pertanian dan Peternakan Bangkalan, Fanani, mengatakan dia belum memiliki data resmi populasi sapi potong di Bangkalan. Namun, dari jumlah pengiriman yang melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya, dia yakin Madura akan menjadi salah satu daerah penghasil sapi potong terbesar seiring swasembada sapi pada 2014. "Yang pasti, hampir tiap rumah di Madura beternak sapi," ujarnya.
Pemerintah Australia akhirnya membekukan seluruh ekspor sapi hidup ke Indonesia. Hal ini merespons tuntutan publik Australia terkait kekejaman hewan yang akan disembelih di sejumlah rumah potong hewan di Tanah Air. Pembekuan tersebut diumumkan Menteri Pertanian Joe Ludwig, seperti yang dikutip dari Reuters, Rabu, 8 Juni 2011. Dia mengatakan ekspor ke Indonesia akan dimulai lagi bila Indonesia sudah menerapkan ketentuan sesuai standar internasional.
Ludwig menyebutkan penghentian ekspor sapi hidup ke Indonesia berlaku selama enam bulan, mulai Rabu ini. Pemerintahnya juga bakal meninjau perdagangan ekspor hewan hidup untuk semua pasar di luar negeri, termasuk Timur Tengah. "Perdagangan tidak akan dapat dilanjutkan sampai pemerintah, masyarakat, dan industri kami yakin bahwa mereka memiliki pengamanan di tempat pemotongan untuk menjamin kesejahteraan hewan secara tepat," kata Ludwig.
Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi ABC, Selasa lalu, Menteri Pertanian Suswono mengatakan sebuah tim kecil dari Australia berangkat ke Indonesia untuk berusaha meningkatkan standar kesejahteraan hewan di rumah-rumah pemotongan hewan. Para pakar dari Australia datang untuk memulai investigasi ke rumah-rumah pemotongan hewn di Indonesia.
Kementerian Pertanian RI dan Australia sepakat segera mengidentifikasi RPH yang mengikuti standar tertinggi dan membuat rencana jangka panjang untuk memperbaiki standar di RPH lainnya. Sejauh ini industri daging di Indonesia tak membenarkan tindakan kejam terhadap hewan di pejagalan, tetapi meminta pengertian atas tantangan yang dihadapi.
MUSTHOFA BISRI