TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertanian mendapatkan pagu indikatif anggaran tahun depan sebesar Rp 17,14 triliun. Angka tersebut naik Rp 422 miliar dibanding alokasi anggaran kementerian tahun ini sekitar Rp 16,7 triliun.
Menteri Pertanian Suswono menargetkan produksi sejumlah komoditas pangan naik tahun depan. Beberapa komoditas pangan itu adalah padi yang ditargetkan produksinya naik menjadi 74,13 juta ton gabah kering giling, jagung 24 juta ton, kedelai 1,9 juta ton, gula 4,39 juta ton, dan daging sapi sebesar 471 ribu ton.
Meski begitu, ia menilai pagu indikatif tersebut masih lebih rendah dari alokasi anggaran yang diajukan pemerintah sebesar Rp 24,72 triliun tahun depan.
Dalam rapat kerja dengan Komisi Pertanian Dewan Perwakilan Rakyat hari ini, Suswono mengaku realisasi anggaran yang diberikan tahun ini belum terserap optimal. Hingga bulan ini, realisasi fisik baru tercapai 32 persen, sedangkan realisasi anggaran baru 11,26 persen.
"Rencana kerja kami pada 2012 di antaranya bisa meningkatkan PDB menjadi 3,69 persen, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian menjadi 44,5 juta orang, dan meningkatkan neraca perdagangan menjadi US$ 36,5 miliar," kata Suswono, Kamis, 9 Juni 2011.
Kementerian Pertanian juga menargetkan bisa mendorong peningkatan ketahanan pangan di tiga provinsi, yaitu di Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat. Untuk mencapai itu, anggaran yang akan dialokasikan sebesar Rp 110 miliar.
Sementara itu, anggota Komisi Pertanian DPR, Viva Yoga Mauladi, mengatakan anggaran yang diberikan untuk Kementerian Pertanian tergolong kecil. Oleh karena itu, dia mengusulkan menambah anggaran ketahanan pangan dari dana yang berasal dari Bulog.
Menurut dia, dana Bulog untuk penyaluran beras untuk masyarakat miskin (raskin) bisa dialihkan untuk ketahanan pangan di Kementerian Pertanian. "Data BPS kan menyebutkan masyarakat miskin jumlahnya berkurang. Jadi, dana raskin bisa dialihkan," ujarnya.
Politikus dari Fraksi Partai Amanat Nasional itu berpendapat bahwa dengan peningkatan anggaran, Indonesia bisa menghadapi tantangan berat ketahanan pangan dunia. "Banyak negara-negara produsen pangan yang berpotensi produksinya turun. Ini bisa mempengaruhi kondisi pangan Indonesia ke depan," ujarnya.
ROSALINA