TEMPO Interaktif, Jakarta - Konsultan ritel Cushman & Wakefield mengatakan lemahnya pembangunan infrastruktur di Indonesia menghambat laju investasi properti. Terbukti bahwa pengusaha properi memilih berinvestasi di negara tetangga seperti Singapura.
"Padahal wilayah usaha mereka berada di Indonesia," kata Handa Sulaiman, Direktur Eksekutif Cushman di Jakarta, Jumat 10 Juni 2011.
Handa mengatakan infrastruktur yang paling parah di Indonesia adalah pembangunan jalan. Saban tahun peningkatan pembangunan jalan tidak menunjukkan angka signifikan. Sehingga menimbulkan kemacetan di mana-mana. "Kemacetan jalan ini membuat pengusaha semakin ragu berinvestasi," kata dia.
Hasil survei terbaru Cushman menunjukkan kenaikan transaksi ritel di kawasan Asia Pasifik pada kuartal pertama mencapai US$ 4,6 Miliar. Kenaikan transaksi itu diikuti kenaikan volume penjualan properti hingga 14 persen dibanding kuartal pertama tahun lalu. Kondisi tersebut paling menonjol di Singapura, Hongkong, Shanghai dan Beijing.
Adapun di Indonesia belum menunjukkan angka yang signifikan. Namun sayangnya Cushman tak menunjukkan data terperinci. "Investasi di Indonesia tak melejit tapi kondisinya aman," kata Handa.
Meski begitu, Handa tetap yakin investasi properti tanah air akan mengalami peningkatan. Sebab ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan. "Sehingga peritel akan melakukan ekspansi," kata dia.
Ia berharap agar pemerintah bisa meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan. Begitupula dengan menekan laju inflasi. "Inflasi harus rendah."
TRI SUHARMAN