TEMPO Interaktif, Jakarta - Garin Nugroho yang terkenal sebagai pembuat film, merayakan 30 tahun karier keseniannya dengan memajang delapan karya seni rupa dalam pameran "Nherek Mariah: Post Cinema" di Bentara Budaya Jakarta, selama 10-18 Juni 2011, pukul 10.00-18.00 WIB.
"Tema hari ini adalah dunia ibu karena rahim kita yang sesungguhnya telah dipenuhi kekerasan sehingga ibu kembali dibutuhkan," kata Garin dalam pembukaan pameran itu pada Kamis malam, 9 Juni 2011.
Karya-karya Garin ini dedikasikan untuk ibunya, Mariah, dan ibu-ibu lainnya, termasuk Ibu Pertiwi. Beberapa karya itu, antara lain, diberi judul "Sujud Mariah" dan "Mata Ibu". Karya-karya tersebut menyatukan unsur-unsur fotografi, film, patung, musik, dan bahkan kutipan teks dari blog.
Bagi Radhar Pancadahana, sastrawan dan sutradara teater, karier kesenian Garin sebenarnya jauh lebih lama dari 30 tahun bila melihat perkembangan karyanya. Pameran ini, kata dia, menunjukkan upaya Garin dalam menerobos batas-batas kesenian. "Dia keluar dari kotaknya sebagai sinematografer dan mengatasi bentuk film," katanya.
Direktur Program Komunitas Salihara, Nirwan Dewanto, yang membuka pameran ini menilai bahwa sudah sejak film pertamanya, Garin sebenarnya menekankan seni rupa dalam film-filmnya. "Saya menyebutnya sebagai maksimalisme dalam film, kebalikan dari minimalisme seperti yang dilakukan sutradara Iran, Abbas Kiarostami," katanya. Film Garin, bagi Nirwan, merupakan jukstaposisi, penumpukan berbagai unsur dalam satu bingkai sinema.
IWANK