TEMPO Interaktif, Jakarta - Polisi menemukan benang merah dari serangkaian pengungkapan kasus teror dalam beberapa bulan terakhir. Motif para pelaku teror tak lagi menyasar kelompok yang dianggap memusuhi mereka atas nama agama. Namun, aksi dilakukan sebagai balas dendam atas penangkapan dan penembakan sejumlah pimpinan mereka. "Terutama Abu Bakar Ba'asyir," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Selasa 14 Juni 2011.
Menurut Anton, kesimpulan itu diperkuat setelah polisi menggali keterangan dari 15 tersangka yang diciduk dalam waktu empat hari terakhir di berbagai kota seperti Pekalongan, Kutai Kertanegara, Bandung dan Jakarta. Adapun tiga tersangka lain tewas saat proses penangkapan. "Keterlibatan para tersangka merupakan hasil pengembangan atas penangkapan pelaku penembakan tiga polisi di Bank BCA, kota Poso, Sulawesi Tengah," katanya.
Berdasarkan hasil penyidikan, kata Anton, kelompok Poso memiliki keterkaitan dengan kelompok teroris yang berada di Solo dan Cirebon. Sebagian diantara mereka bahkan pernah mengikuti pelatihan para-militer (tadrib asykari) di Pegunungan Biru, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir pada Agustus 2010 dan di Pegunungan daerah Malino III, Kecamatan Soyo Jaya, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada Mei 2011.
Aksi balas dendam merupakan reaksi terhadap aparat kepolisian yang menangkap dan menembak ikhwan-ikhwan mereka seperti DR. Azahari, Nordin M. Top, Urwah serta Dulmatin. Mereka menilai langkah penindakan tersebut sebagai bentuk konspirasi institusi kepolisian dengan orang kafir dan antek-antek Amerika. "Dalam pemahaman mereka, membunuh orang kafir hukumnya wajib, sehingga jiwa dan hartanya halal untuk diambil," kata Anton.
Amir Jamaah Anshorut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir, kini sedang menjalani persidangan kasus terorisme. Pendiri Pondek Pesantren Ngruki, Sukoharjo Jawa Tengah, itu diduga mengetahui, merencanakan, mengatur dan ikut mendanai kegiatan pelatihan para-militer di pegunungan Jantho, Aceh Besar. Menjelang sidang vonis atas kasusnya tersebut, tersebar pesan singkat (SMS) gelap yang berisi ancaman aksi teror di sejumlah tempat. Mengenai ancaman ini, "Petugas telah merespon dengan meningkatkan pengawasan," ujar Anton.
RIKY FERDIANTO