TEMPO Interaktif, Jakarta - Rektor Universitas Paramadina, Anies Bawesdan, minta masyarakat yang mendukung tindakan penyontekan yang dilakukan murid di Sekolah Dasar Gadel 2 Surabaya dipermalukan melalui media massa. Menurut dia, masyarakat seperti itu perlu diberikan label pembela ketidakjujuran dan pembela para koruptor.
"Berikan sorotan pada mereka yang memerangi kejujuran, pasti malu," kata Anies Baswedan di Kantor Wakil Presiden, Selasa, 14 Juni 2011.
Sebelumnya, aksi menyontek masal terjadi di SD SD Gadel 2 Surabaya dalam Ujian Nasional. Orangtua siswa dari SDN Gadel 2 Surabaya melaporkan adanya praktek kecurangan selama pelaksanaan Ujian nasioanl. Siswa berinisial AI diminta memberikan jawaban soal kepada teman-temannya. Bahkan, menurut pengakuan AI, terdapat gladi resik menyontek sebelum ujian.
Menurut Anies, banyak orang yang sudah tidak punya malu, tapi masyarakat tingkat bawah masih memiliki malu. "Marilah ramai-ramai mengkritik mereka yang memerangi kejujuran," kata Anies. "Pendukung ketidakjujuran pasti malu dikritik."
Ia merasa prihatin dengan kondisi yang terjadi di Surabaya. "Ini memprihatinkan karena yang bereaksi ini justru masyarakat," kata Anies.
Menurut Anies, langkah terbaik yang perlu dilakukan adalah mengungkap semua kebobrokan Kelurahan (LKMK) Karangpoh, Kecamatan Tandes, Surabaya yang sempat mendemo anti penyontekan itu. Ia menilai sikap masyarakat di Karangpoh, Kecamatan Tandes, Surabaya sudah tidak lazim lagi.
"Seharusnya yang normal, rakyat tingkat bawah itu membela kejujuran," kata Anies. "Secara akal sehat rakyat sikap masyarakat itu agak berlawanan."
EKO ARI WIBOWO