TEMPO Interaktif, Jakarta - Label Visa bekerja sama dengan Asosiasi Kartu Kredit Indonesia menggandeng setidaknya tujuh bank lokal untuk menggunakan perangkat chip dalam pengamananan transaksi kartu kredit. Sistem pengamanan model baru ini diklaim menjadi salah satu teknologi tercanggih untuk mengurangi fraud transaksi online saat ini.
“Bank Mandiri yang pertama. Nantinya akan disusul dalam waktu dekat ini empat bank lagi yang sudah siap. Ada dua lagi yang sedang proses,” ujar Ketua Asosiasi Kartu Kredit Indonesia, Steve Martha, saat ditemui wartawan dalam peluncuran produk pengamanan baru kartu kredit Visa ini, Selasa malam, 15 Juni 2011.
Kata Steve, dua bank lagi yang segera akan meluncurkan produk chip baru di kartu kreditnya adalah Bank Mega dan Bank BCA. Steve memperkirakan butuh waktu satu bulan untuk kedua bank itu merilis produk tersebut.
Steve menuturkan, prosedur keamanan dari 3D secured dynamic pin ini berbeda dengan prosedur keamanan chip kartu kredit sebelumnya. Ide awal muncul sejak 2010 lalu, ketika kartu kredit sudah mulai bermigrasi ke chip.
Dulu, kata Steve, aksi pembobolan kartu kredit masih bisa dilakukan karena oknum tertentu bisa saja memalsukan kartu kita dan memakainya, salah satunya untuk belanja barang di transaksi online. Hanya dengan mengetahui nomor kartu, masa berlaku, dan tiga digit angka terakhir. “Tidak ada otentifikasi sama sekali,” ucapnya.
Sekarang, hal itu semakin sulit dilakukan karena pin selalu berbeda setiap kali transaksi. Sebab, pemakai kartu kredit akan diminta melakukan input data terlebih dahulu. Kemudian bank yang bersangkutan akan melakukan otentifikasi atau mencocokkan data.
Baru kemudian pin yang baru akan dikirim lewat nomor pribadi yang bersangkutan. Waktu berlaku pin juga hanya dua menit saja. Lewat waktu itu, pin dinyatakan hangus. “Jadi, saat kita melakukan transaksi, kalaupun kita tahu nomor kartu kita, kita enggak punya input orang itu. Kita enggak bisa transaksi," ujar Steve.
EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri Mansyur S. Nasution menyatakan banknya cukup yakin dengan fitur pengamanan baru dari Visa tersebut. Tapi, pihaknya belum bisa memastikan apakah fitur pengamanan baru ini berdampak pada penurunan fraud di kartu kredit. Tapi, ia berharap volume transaksi kartu kredit di pasar online ini bisa meningkat minimal 40 persen.
Hingga saat ini, lanjut Mansyur, Bank Mandiri sendiri sudah menerbitkan 2,1 juta kartu kredit dengan nilai transaksi hingga Rp 3,6 triliun per akhir Maret. “Kalau dibandingkan dengan tahun yang lalu, kita tumbuh di sekitar 21 persen dari Maret kemarin,” katanya. Pihaknya tetap ingin mempertahankan pertumbuhan di atas 20 persen.
Sementara itu, Senior Vice President Consumer Cards Bank Mandiri Handayani menyatakan, banknya berinvestasi cukup efisien di fitur pengamanan baru ini. “Minimal hanya seper-hardware yang kapasitasnya mencukupi itu, kira-kira sekitar Rp 500 jutaan,” katanya.
Untuk mendukung peluncuran fitur ini, pihaknya kini tengah berencana menjembatani sertifikasi pada merchant-merchant yang menjadi klien Bank Mandiri. “Merchant ini harus disertifikasi dulu untuk bisa dapat verified by visa. Supaya transaksinya nanti bisa menggunakan dinamic pin,” katanya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Ellyana Fuad menyatakan cukup puas bekerja sama dengan bank-bank untuk memperkenalkan fitur ini.
Data Visa menyebutkan, sebanyak 76 persen pengguna kartu kredit Visa berbelanja secara online. Sementara itu, Steve menambahkan, fraud di transaksi online sebelum diberlakukan token atau pin mencapai 0 basis poin. “Sejak masuk ke chip, kita hampir nol,” katanya.
FEBRIANA FIRDAUS