TEMPO Interaktif, Jakarta - Panen raya pada periode Februari-Mei telah berakhir. Akibatnya, harga beras beranjak naik.
"Bahan pangan memang masih deflasi. Tapi beras harus dipantau karena berdasarkan siklusnya, harganya naik pada Mei, Juni, Juli," kata Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, Kamis, 16 Juni 2011.
Bahkan, pada bulan-bulan selanjutnya, pergerakan harga beras harus lebih diwaspadai. Sebab, bakal mendekati bulan puasa, lebaran serta musim paceklik.
Berdasarkan data di Kementerian Perdagangan, harga beras mulai turun sejak Maret 2011. Pada bulan tersebut harga beras hanya Rp 7.141 per kilogram, lebih rendah daripada harga pada Februari yang mencapai Rp 7.432 per kilogram.
Harga kembali turun pada April 2011 yang hanya mencapai Rp 7.041 per kilogram. Pada Mei, harga beras turun tipis menjadi rp 7.040 per kilogram.
Pergerakan harga beras mulai naik pada Juni 2011. Hingga pertengahan bulan ini, harga rata-rata beras nasional sudah mencapai Rp 7.107 per kilogram.
Meski ada kenaikan harga, Mari meyakinkan, situasi saat ini belum mengkhawatirkan. "Stok beras di Bulog masih di atas 1,5 juta ton," kata dia.
Karena itu ia menilai diperlukan pengendalian stok agar persediaan beras cukup hingga akhir tahun. "Sehingga, kenaikan harga beras pada Mei hanya berlangsung sebentar saja.”
Direktur Utama PT Food Tjipinang Jaya, Syamsul Hilataha juga menyatakan ada kenaikan harga beras yang terjadi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Harga beras naik rata-rata Rp 100 per kilogram.
Dia merinci, harga beras jenis IR-1 sebesar Rp 6.950 per kilogram. Sementara harga beras jenis IR-2 mencapai Rp 6.300 per kilogram. Adapun untuk harga beras jenis IR-3 sebesar Rp 5.850 per kilogram.
Walaupun begitu, pasokan harga beras hingga akhir Juni masih sekitar 3 ribu ton per hari. Jadi, bisa dinyatakan aman. "Produsen masih memiliki stok beras, Bulog DKI Jakarta juga melakukan operasi pasar degan menggunakan beras Thailand dengan kualitas pecah 5 persen," kata Syamsul.
EKA UTAMI APRILIA