TEMPO Interaktif, Jakarta - Purwanto amat gembira namanya tercantum di situs resmi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011. Warga binaan Panti Sosial Putra Utama 4, Cipayung, Jakarta Timur, ini berhasil masuk ke Universitas Negeri Jakarta di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Ia ikut seleksi SNMPTN 2011 lewat jalur undangan.
"Ini seperti mimpi," ujar pria 21 tahun itu saat ditemui di kamarnya, Barak II Panti Sosial Putra Utama 4, Jumat, 17 Juni 2011.
Dia berkisah teman sebarak hingga jajaran pegawai panti mengucapkan selamat dan turut bahagia atas kelulusannya. Kepala Panti Sosial Putra Utama 4, Yanuardi, bahkan menjamin dia tetap bisa tinggal di panti selama kuliah. "Selama kuliah dia masih tanggungan kami," kata Yanuardi. Sambutan itu membuatnya bersemangat mengejar cita-citanya mendirikan yayasan balita.
Sayangnya, kebahagiaan itu tidak dirasakan penuh oleh Purwanto sebab ia tak bisa membagi kebahagiaan itu dengan kedua orang tuanya yang tak diketahui rimbanya. "Saya terus bertanya dalam hati di mana ibu," tuturnya.
Saat sekolah menengah pertama, Purwanto sakit keras berminggu-minggu. "Saya tidak tahu siapa diri saya waktu itu," kisahnya saat sadar teman-temannya memiliki ayah dan ibu.
Pengasuhnya di panti sosial balita Cipayung, Jakarta Timur, Sulasmi, mengatakan Purwanto ditemukan dalam kondisi lusuh di dekat bak sampah di kawasan Jakarta Pusat oleh polisi pada 1993. Waktu ditemukan, Purwanto sudah berusia tiga tahun dan sedang sakit. "Saat polisi menyerahkan ke panti, Purwanto sakit flek paru-paru," ujar perempuan 47 tahun itu. Menurutnya, kisah tersebut belum diketahui Purwanto hingga kini.
Di mata Sulasmi, anak asuhnya itu dikenal cerdas dan pekerja keras. Untuk berhemat, Purwanto sampai berjalan kaki dari panti ke Terminal Kampung Rambutan, sebelum melanjutkan perjalanan dengan metromini ke sekolahnya di SMK Negeri 28 Cilandak. "Berangkat jam lima pagi," ujarnya. Di panti, Purwanto juga dikenal rajin puasa Senin-Kamis dan salat.
Nama Purwanto, menurut Sulasmi, diberikan oleh pegawai panti balita. Pemberian nama itu dikarenakan muka Purwanto mirip orang Jawa. "Ya, jadi Purwanto saja. Ada anak yang ditemukan di dekat Jakarta Fair, namanya jadi Jafar," ujarnya.
Yanuardi mengatakan prestasi Purwanto menembus kampus negeri merupakan sejarah. Dalam catatannya, belum pernah ada anak panti sosial di Jakarta bisa kuliah. "Maaf. Biasanya IQ anak panti menengah ke bawah," katanya.
Selain Purwanto, teman pantinya bernama Asmat juga berhasil menembus SNMPTN. Asmat mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri Jakarta. Kini, Purwanto merasa tiada yang berarti selain 99 teman baraknya di panti putra. Baginya, ayah dan ibunya adalah para pengasuhnya. "Kalau kangen ibu, saya bernyanyi lagu "Dengarlah Ibu," ujar pria yang lahir pada 2 Desember 1990 ini.
HERU TRIYONO