TEMPO Interaktif, Sumenep - Populasi sapi potong di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, setara dengan 60 persen jumlah sapi yang diimpor dari Australia yang mencapai 450 ribu ekor per tahun.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, jumlah sapi potong di daerah itu mencapai 240.576 ekor.
Menurut Kepala BPS Sumenep Endang Sulastri, pendataan dilakukan berkaitan dengan program swasembada daging sapi nasional tahun 2014. “Kegiatan pendataan belum berakhir karena baru mencapai 94 porsen,” kata Endang, Sabtu, 18 Juni 2011.
Jumlah yang telah terdata, kata Endang, belum termasuk jumlah sapi yang diternak di rumah-rumah warga di 18 kecamatan di wilayah daratan maupun wilayah kepulauan yang mencapai 112.214 ekor, dan kerbau sebanyak 3.164 ekor.
Populasi sapi potong terbanyak berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batang-batang, Batu Putih dan Kecamatan Ambunten.
Adapun kerbau paling banyak diternak oleh warga di wilayah kepulauan, seperti Pulau Kangean dan Pulau Arjasa.
Kepala Dinas Peternakan Sumenep Edi Sutrisno menjelaskan, populasi sapi di Sumenep termasuk yang tertinggi di Pulau Madura. "Setiap bulan lebih dari 200 ekor sapi yang dikirim ke Banjarmasin dan Banyuwangi," ujarnya.
Berpatokan pada tingginya ppopulasi sapi potong di Sumenep, Edi optimistis Sumenep, seperti juga kabupaten lain di Pulau Madura akan menjadi salah satu daerah penyumbang terbesar ketersediaan daging sapi untuk mensukseskan program swasembada daging sapi nasional tahun 2014.
”Yang perlu terus kami lakukan bersama para peternak adalah menjaga kwalitas ternak sapi potong sehingga populasinya semakin meningkat," paparnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, populasi sapi dalam negeri saat ini sudah mampu memenuhi 70 persen kebutuhan daging nasional yang mencapai 450 ribu ton daging per tahun. Dengan demikian, ketergantungan Indonesia pada sapi impor hanya tinggal 30 persen.
Untuk menekan impor, pemerintah Indonesia mencanangkan program swasembada daging sapi tahun 2014 mendatang.
Ada 18 provinsi yang diandalkan untuk mendukung program swasembada daging. Di antaranya Jawa Timur, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta beberapa kabupaten lain di Sumateran dan Sulawesi.
Swasembada baru dikatakan berhasil apabila produksi daging lokal mampu menutupi 90 persen kebutuhan nasional.
Program swasembada daging kembali digenjot pemerintah setelah Australia menghentikan ekspor sapi ke Indonesia yang mencapai 800 ribu ekor per tahun ke Indonesia sejak awal Juni lalu.
MUSTHOFA BISRI