TEMPO Interaktif, Jakarta - Tidak ada topik yang lebih menarik bagi kebanyakan warga Muara Ciparage dibanding soal pembangunan pelabuhan laut. Berjarak sekitar 70 kilometer di sebelah timur Pelabuhan Tanjung Priok, pantai di Desa Ciparage Jaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, itu terpilih sebagai lokasi bandar laut berkelas internasional.
Warga sudah sedikit dong (mengerti) mengenai masterplan bandar itu karena sosialisasi memang sudah digelar pemerintah. "Pelabuhan itu akan dibangun 4 kilometer dari garis pantai atau dari muara Ciparage," kata Talkim, tokoh nelayan Ciparage, pekan lalu.
Tapi, jangan tanya kapan pembangunannya akan dimulai. Warga setempat masih menanti kabar itu. "Kapan pelabuhan kayak Tanjung Priok itu akan dibangun?" tanya M. Taufik, warga Muara Ciparage.
Rencana pembangunan bandar laut ini sebenarnya bukan rencana baru. Satu dasawarsa lalu kabarnya sudah berdengung. Toh, tiang tak kunjung dipancangkan. Saat sebagian warga sudah melupakannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggagas The Greater Jakarta ketika bertemu dengan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka pada Januari 2011. Bandar Muara Ciparage kembali disebut-sebut.
Greater Jakarta, menurut Juru Bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, adalah Jakarta yang diperbesar hingga ke wilayah di sekitarnya. Itu bisa Purwakarta, Sukabumi, dan--itu tadi--Ciparage, Karawang. Julian menyatakan gagasan Presiden itu muncul karena Jakarta sudah amat sumpek.
Jakarta--sekarang luasnya cuma 662 kilometer persegi--menjadi ibu kota negara, ibu kota provinsi, sekaligus pusat aktivitas bisnis, sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, juga politik. Orang-orang tumplek-blek ke kota ini pada siang hari. Pada malam hari, jumlah warganya cuma sekitar 4 juta, di siang hari jumlahnya menjadi hampir 10 juta jiwa.
Tambahan penduduk itu berasal dari Jakarta Coret. Mereka tak cuma membawa badan, tapi juga kendaraan. Per hari, sekitar 1,117 juta kendaraan turun ke jalan. Karena luas badan jalan nyaris tak pernah bertambah, macet jadi soal biasa.
Gagasan yang ditawarkan Presiden termasuk kemungkinan pemindahan pusat pemerintahan. "Ibu Kota tetap di Jakarta, tapi tidak tertutup kemungkinan pusat pemerintahannya berpindah atau didirikan di daerah lain," kata Julian, mengutip Presiden.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyambut baik gagasan Greater Jakarta. Menurut dia, penataan Kota Jakarta memang tak dapat dilakukan dengan luas wilayah yang terbatas. Dia mempersepsikan Greater Jakarta sebagai Metropolitan Priority Area, "Bukan dalam konsep menambah wilayah," ujarnya.
Gayung Presiden juga disambut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Namun, dia meminta agar komando dipegang pemerintah pusat. "Supaya satu komando," kata Heryawan.
Heryawan memandang konsep Greater Jakarta bisa memadukan perencanaan fisik dan pembangunan perekonomian. "Meski nanti ada perencanaan tata ruang dan menyeluruh, administrasi tetap milik Jawa Barat," ucapnya.
Gagasan Yudhoyono juga dibedah di pelbagai forum ilmiah. Salah satu yang lumayan panas adalah soal perlu-tidaknya memindahkan pusat pemerintahan ke luar Jakarta--ke Jonggol atau, meneruskan ide Soekarno dulu, Palangkaraya.
Namun, sebelum topik itu matang, anggota Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah, Velix Wanggai, meniup peluit. Menurut Velix, tim khusus yang menangani rencana pemindahan pusat pemerintahan dan ibu kota kini berfokus pada penggodokan skenario pertama, yaitu cukup pembenahan Kota Jakarta. "Skenario ini lebih realistis dan efektivitasnya tinggi," kata Velix.
Presiden Yudhoyono, Velix melanjutkan, memimpin langsung pembahasan konsep Greater Jakarta ini. Ia dibantu Kementerian Ekonomi, Bappenas, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Dalam Negeri. Diputuskan, wilayah pengembangan Jakarta bakal melebar hingga Karawang, Subang, Purwakarta, dan Sukabumi.
Toh, kecuali bandar laut Muara Ciparage, pada tahap awal, fokus perluasan Greater Jakarta masih di seputar wilayah Jabodetabekpunjur (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur). Ini persis konsep Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jabodetabekpunjur yang dirancang Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 2005. Menurut Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, langkah ini dipilih karena Jabodetabekpunjur sudah menjadi kawasan strategis nasional yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur.
Inilah beberapa konsep yang sudah hampir matang: pembangunan bandar laut Muara Ciparage, pembagian distribusi penerbangan lokal di Bandar Udara Halim Perdanakusuma dan Pondok Cabe, serta pembangunan ruas-ruas jalan tol. "Jadi, ekonomi tidak hanya di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang," ujar Velix. "Supaya tidak semua beban ada di Jakarta."
"Konsep ini juga bisa membangun perekonomian agar tidak mandek di satu pusat," ucap Hermanto.
Tampaknya proyek Greater Jakarta tak akan berhenti di atas cetak biru. Kementerian Pekerjaan Umum, misalnya, sudah menggulirkan aneka proyek yang berkaitan dengan konsep ini. Titik beratnya pada akses jalan dan penanganan tata kelola air. "Saat ini sudah mulai dikerjakan. Misalnya, pembangunan jalan tol dan kanal banjir. Nanti akan ada kota inti dan satelit," Hermanto menambahkan.
Untuk jalan yang akan menghubungkan wilayah Jabodetabekpunjur, Kementerian PU sudah menyiapkan beberapa pembangunan jalan tol, di antaranya JORR W2 seluas 7 kilometer (Ulujami-Kebon Jeruk) dan tol Akses Pelabuhan Tanjung Priok (akses Priok). "W2 ini rencananya selesai pada 2013, dan akses Priok ditargetkan selesai pada 2014," ucapnya. "Kami juga berencana membangun enam ruas jalan tol dalam kota."
Investor luar negeri juga sudah melirik proyek ini. Maret lalu, misalnya, berlangsung pertemuan antara Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Makiko Kikuta di Jakarta. Menurut Hatta, pembicaraan ini menunjukkan komitmen dan keinginan yang besar dari Jepang untuk menyukseskan proyek Greater Jakarta.
Pada pertemuan itu, disepakati proyek fast track yang dinilai mendesak dan berkaitan dengan pengembangan Jabodetabek. Proyek-proyek tersebut mencakup infrastruktur, transportasi, pengembangan pelabuhan dan bandara, pembangkit listrik, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Saat Gubernur Osaka, Jepang, Toru Hasimoto, melakukan kunjungan ke Kementerian Perindustrian di Jakarta pada 15 Juni, Toru menyatakan minatnya untuk membangun pelabuhan di Muara Ciparage. "Karena pusat-pusat industri Jepang, seperti otomotif, ada di sana (Karawang, Subang, Purwakarta, Cikampek, Bekasi)," kata Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi.
Untuk mengurai penduduk Jakarta, pemerintah juga akan menghidupkan wilayah di Jakarta Coret yang layak dijadikan permukiman. Pemerintah Kabupaten Bogor, sebagai contoh, akan menghidupkan kawasan Jonggol melalui proyek pembangunan Jalan Poros Tengah Timur. Jalan alternatif itu menghubungkan Lingkar Luar Bogor mulai Sentul hingga Jonggol. Tujuannya, selain untuk mengatasi kemacetan di Puncak, untuk meningkatkan investasi dan perumahan di wilayah Bogor Timur. "Sudah dibuat studi kelayakannya," kata Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor Burhanudin.
Kota Kekerabatan Maja yang mangkrak sejak krisis ekonomi dan moneter pada 1997, juga akan dihidupkan sebagai bagian dari Greater Jakarta. Kawasan permukiman yang terletak di pertemuan antara Kabupaten Tangerang Selatan, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Lebak itu akan digarap oleh Perum Perumnas dan investor Cina, Metallurgical Corporation of China Ltd (MCC). "Dana pembangunannya sekitar Rp 150 triliun," kata Menteri Negara Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa.
Meski calon investor sudah di depan mata, sejumlah akademisi curiga proyek Greater Jakarta dilontarkan tanpa kajian mendalam. Sosiolog dari Universitas Indonesia, Ida Ruwida, memberi saran, sebaiknya konsep ini direalisasi setelah melalui kajian mendalam. Melalui kajian inilah nantinya akan ditemukan solusi yang paling dibutuhkan untuk masyarakat. "Melalui cetak biru, akan terlihat apakah Greater Jakarta untuk kepentingan bersama, kepentingan pasar, atau sekadar untuk pencitraan."
ALI ANWAR | NANANG S | SUTJI D | MUNAWWAROH | IRA G | RENNY F | AHMAD F | FRANSISCO R | ROSALINA | AKBAR TK | AMANDRA MM| ANGGA SW | AGUNG S | IQBAL M | DIKI S