TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan nilai-nilai Pancasila saat ini sudah hilang dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika di era Orde Baru Pancasila dipandang mistis dan angker, sejak era reformasi nilai-nilai Pancasila sudah tak pernah lagi diterapkan.
"Sangat urgen kalau kita lihat bahwa nilai-nilai Pancasila itu sudah tidak berada lagi pada bangsa ini," kata Aburizal usai acara "Seminar Pendidikan Fraksi Partai Golkar" di Gedung Nusantara IV DPR/MPR, Rabu 22 Juni 2011.
Ia mencontohkan bagaimana saat ini sebuah masalah atau perbedaan pendapat hampir selalu diselesaikan dengan jalan kekerasan. Kemudian soal sikap generasi muda yang menelan mentah-mentah budaya dan nilai globalisasi. "Tidak ada suatu protektor bagi nilai-nilai globalisasi yang buruk yang masuk. Yang baik tidak jadi masalah, tapi yang buruk itu yang banyak terjangkit," kata pria yang akrab disapa Ical ini.
Dalam pidatonya, Ical menyampaikan bahwa Pancasila sekarang semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam pusaran masa lalu. Pancasila seakan tak lagi relevan dengan dialektika reformasi. "Semakin jarang diucapkan dan dikutip. Sama sekali tidak diterapkan baik dalam konteks ketatanegaraan, kemasyarakatan, maupun kebangsaan," kata dia.
Ia juga menyayangkan ketika Pancasila tidak lagi menjadi mata kuliah wajib di sekolah ataupun perguruan tinggi. Padahal, memperkenalkan nilai-nilai Pancasila sejak usia sekolah adalah hal yang sangat vital. "Ini memprihatinkan. Peserta didik asing dengan hal ihwal Pancasila. Mereka sekarang sulit menjabarkan apa itu Pancasila," ujarnya.
Untuk mencegah hilangnya Pancasila dari kehidupan masyarakat, Ical mengimbau kepada pemerintah agar kembali menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran dan mata kuliah wajib. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan memahami hakikat dan nilai-nilai Pancasila. "Tidak hanya mampu menumbuhkan rasa kebangsaan dan nasionalisme, tapi juga memperkukuh karakter. Peserta didik akan memahami ideologi bangsanya," kata dia.
MAHARDIKA SATRIA HADI