TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertanian memproyeksikan penyediaan gula dalam negeri bisa mencapai 6,5 juta ton pada tahun ini. Jumlah tersebut untuk penyediaan Gula Kristal Rafinasi (GKR) sebanyak 2,5 juta ton dan penyediaan Gula Kristal Putih (GKP) sebanyak 4,08 juta ton.
"Perhitungam itu berdasarkan taksasi dari produksi dan penyediaan gula yang dilakukan Maret 2011," kata Direktur Tanaman Semusim Kementerian Pertanian Agus Hasanuddin di kantornya, Kamis, 23 Juni 2011.
Sementara itu, kebutuhan gula nasional tahun ini diperkirakan hanya 4,67 juta ton. Dengan proyeksi penyediaan tersebut, pemerintah berharap pada akhir tahun ini akan ada stok gula nasional sebanyak 1 juta ton. Jumlah ini, kata Agus, bisa digunakan untuk menutupi kebutuhan pada Januari hingga April tahun depan, saat tidak ada musim giling tebu. "Dengan stok itu diharapkan harga gula di dalam negeri akan aman, tidak terjadi gejolak akibat dimainkan pedagang," ungkapnya.
Dia menjelaskan penyediaan GKP berasal dari stok awal nasional sebanyak 876 ribu ton, produksi tebu sebanyak 2,8 juta ton, idle capacity yang berasal dari impor raw sugar 2011 dan stok milik Industri Gula Nusantara sebanyak 258 ribu ton, dan impor GKP sebanyak 147 ribu ton.
"Impor GKP dilakukan oleh Bulog, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Perkebunan Nusantara. Sebenarnya, target impor sebesar 450 ribu ton, tapi hanya terealisasi 118 ribu ton, ditambah impor yang dilakukan Kepulauan Riau dan Aceh 29 ribu ton," ujarnya. Jadi, total penyediaan GKP untuk konsumsi tahun ini diperkirakan penyediaannya sebanyak 4,08 juta ton.
Sementara itu, penyediaan GKR berasal dari stok awal gula rafinasi sebanyak 153 ribu ton, produksi 2,27 juta ton, dan hasil impor sebanyak 75 ribu ton. "Totalnya 2,5 juta ton," katanya.
Stok gula rafinasi akan dipakai untuk konsumsi industri besar dan menengah sebanyak 1,6 juta ton, juga untuk konsumsi industri kecil dan rumah tangga sebanyak 607 ribu ton.
Agus menambahkan, meski industri rumah tangga dan kecil diharuskan memakai gula rafinasi, nyatanya di lapangan dua industri tersebut malah menggunakan gula konsumsi. "Akibatnya, ada grey area dalam perhitungan kebutuhan gula nasional," jelasnya.
ROSALINA