TEMPO Interaktif, Jakarta - Kisah cendekiawan muslim, Azyurardi Azra dituliskan dalam sebuah buku berjudul "Cerita Azra." Kisah-kisah menarik Mardi, begitu Azyumardi senang disapa, disajikan dalam gaya bertutur.
Peluncuran Cerita Azra itu dilakukan di Ruang Diamond I, Hotel Nikko, Jakarta, pada Kamis, 23 Juni 2011 malam. Biografi itu ditulis Andina Dwifatma dan diterbitkan penerbit Erlangga. Peluncuran diantaranya dihadiri mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Todung Mulya Lubis, serta Komaruddin Hidayat.
Azyumardi lahir di Lubuk Alung, Sumatera Barat, pada 4 Maret 1955. Dia berkiprah di dunia pendidikan dan pemikiran. Azyumardi pernah menjadi Rektor UIN Syarif Hidayatullah dan dipercaya menjadi deputi sekretaris wakil presiden bidang Kesra pada jaman Jusuf Kalla menjadi wakil presiden.
Direktur Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini adalah orang pertama yang meraih gelar Commander of the British Empire (CBE) dari Ratu Inggris. Jika mau, dia bisa menggunakan gelar Sir di depan namanya. Dia juga bebas keluar masuk Inggris tanpa visa dan berhak dimakamkan di Inggris Raya. Gelar Azyumardi bahkan lebih tinggi ketimbang gelar yang didapatkan pesepakbola David Beckham yang 'cuma' bergelar Officer of the British Empire (OBE).
Dalam peluncuran itu, Jusuf Kalla (JK) berkisah tentang sosok Azyumardi. "Pak Azyumardi akademisi yang baik, sejarawan, dan analisanya baik. Bagi saya, saya tidak butuh orang yang beretorika, tapi butuh analisa. Itu yang saya dapatkan dari Azyumardi," kata JK tentang mantan deputinya itu.
JK Juga menilai Azyumardi sebagai sosok yang sederhana. Bahkan JK mengenang Azyumardi jarang mengganti kemejanya saat di Kantor Wapres. "Kesederhanaan itu penting, karena integritas itu dimulai dari hal yang sederhana," ujar JK.
Sementara Todung pertama kali mengenal Azyumardi di Boston saat kuliah di Amerika. "Kesan saya biasa saja, karena tidak kenal banyak sebelumnya. Baru ketika pulang ke Indonesia saya menyimak tulisan-tulisan Edi (panggilan Todung pada Azyumardi), saya pikir ini salah satu calon intelektual yang punya masa depan cerah," kata Todung. Pemikiran-pemikiran Azyumardi dinilai memberikan warna dalam dunia cendekiawan keislaman Indonesia.
Sementara Komaruddin mengenal baik Azyumardi saat sama-sama menjadi wartawan di majalah Panji Masyarakat. "Dia ini seorang yang prolifik, lancar sekali tuisannya. Bahkan tulisannya lebih lancar dari omongannya, saat itu," kata Komaruddin diiringi tawa hadirin.
Komaruddin juga mengibaratkan Azyumardi sebagai mobil tanpa spion. Kalau sudah ngebut tidak ngerem. "Kalau sudah punya program, jalan terus. Dia itu man of achievement, berorientasi pada prestasi," ujar Komarduddin mengenang Azyumardi saat menjadi menjadi mahasiswa maupun Rektor UIN.
AMIRULLAH